TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak bidang dan peran yang harus diisi generasi milenial.
Tidak hanya dalam sektor politik tapi juga sektor ekonomi, perdagangan, peningkatan produktivitas perikanan, seni budaya hingga IT.
Itu lantaran kaum milenial identik dengan ide-ide segar alias inovatif.
Hal ini selaras seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo, di mana cara-cara lama dalam mengelola-mengelola organisasi, lembaga, maupun pemerintahan harus ditanggalkan.
Dengan kata lain semuanya harus berorientasi pada inovasi.
Pernyataan tersebut dilontarkan Ketua Bidang Pemuda dan Pengembangan Milenial DPP KNPI, Sahat Martin Sinurat.
Baca: Noer Fajrieansyah: Kita Harus Apresiasi BG Atas Kerja Senyap Tanpa Suaranya
Menurut Sahat, Jokowi ingin membangun Indonesia yang adaptif, produktif, inovatif dan kompetitif.
"Karakter-karakter ini sebenarnya merupakan karakter dari generasi milenial, maka pemerintahan ke depan membutuhkan sumber daya manusia dari generasi milenial," ujar Sahat saat menjadi moderator dalam acara diskusi bertajuk 'Peranan Milenial Dalam Visi Indonesia Maju' di Media Center KNPI, Kamis (18/7/2019).
Hadir dalam kesempatan itu Roy selaku Staf Deputi IV Kantor Staf Presiden, Riza Damanik, Asisten Koordinator Staf Khusus Presiden, Luther Palimbong Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, dan M. Qodari selaku Direktur Eksekutif Indo Barometer.
Hadir pula Addin Jauharudin Sekjen DPP KNPI.
Sahat memaparkan bahwa sejatinya Jokowi menaruh perhatian besar terhadap generasi milenial.
Dalam paparan diskusi, kata Sahat, diketahui bahwa sekitar 20 persen tenaga ahli Kantor Staf Presiden merupakan generasi milenial, belum lagi yang bekerja sebagai aparatur sipil negara.
"Artinya selama ini sudah banyak generasi milenial yang membantu mengimplementasikan kebijakan pemerintah," jelas mantan KetKI tersebut.
Berkaca dari hal terebut, lanjut Sahat, sangatlah mungkin jika dalam kabinet ke depan, akan ada 20% menteri milenial yang memiliki karakter berani, energik, dinamis, cepat merespon perubahan, dan eksekutor program.