Cukup tingginya angka penderita stunting di Indonesia, membuat pemerintah terus mengupayakan tindakan pencegahan untuk menekan angka penderita yang kini masih berkisar pada 30 persen.
Penanganan stunting, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, karena kedepannya Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Sehingga upaya dalam menjaga kualitas generasi penerus bangsa harus dilakukan demi memaksimalkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendorong perubahan Indonesia menjadi negara yang mampu berdaya saing.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun turut ambil bagian dalam mengupayakan tindakan pencegahan terhadap stunting. Melalui inovasi pangan yang diberi nama "PURULA", singkatan dari Peptida Unggul Rumput Laut .
Inovasi pangan ini dikembangkan oleh Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) BPPT, yaitu berupa abon tabur yang terbuat dari hidrolisat kedelai dan rumput laut, diperkaya dengan zat besi dan vitamin, serta diformulasikan dalam bentuk makanan untuk meningkatkan asupan zat besi dalam rangka mencegah anemia gizi besi.
Purula pun turut dihadirkan dalam Pameran RITECH pada rangkaian Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 yang digelar di Denpasar, Bali. Seperti yang disampaikan Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni Solistia Wirawan.
Ia menjelaskan bahwa Purula sengaja ditampilkan dalam pameran tersebut agar bisa dipromosikan kepada pengunjung yang hadir bahwa inovasi pangan ini mampu membantu meningkatkan asupan zat besi sehingga potensi lahirnya bayi stunting dapat dicegah.
"Ya jadi di teknologi pangan sekarang kita menampilkan Purula ya, makanan untuk mengurangi resiko lahirnya bayi stunting, karena angka stunting di Indonesia relatif masih tinggi yaitu sekitar 30 persen ," ujar Soni, di stand pameran BPPT dalam ajang Ritech Expo, di Lapangan Renon Puputan, Denpasar, Bali, pada Selasa (27/08/2019).
Ia kemudian menambahkan, Purula menjadi salah satu inovasi yang dihasilkan BPPT yang akan segera dikomersialisasikan.
Sehingga pamerah RITECH pada Peringatan Hakteknas dinilai tepat untuk memperkenalkan inovasi ini kepada masyarakat luas, karena yang hadir dalam acara tersebut memiliki rentang usia yang beragam.
"Jadi kita perkenalkan di sini dan ini udah siap komersialisasi, jadi di RITECH ini saya kira bagus untuk sosialisasi kegiatan," jelas Soni.
Sebelum dikomersialisasikan, BPPT memang telah melakukan uji coba pada inovasi satu ini. Hal itu karena Purula merupakan produk inovasi pangan, sehingga tentunya dalam proses produksinya pun harus benar-benar diperhatikan.
"Ya jadi sudah dicoba, kan (melalui proses) tahapan-tahapan, ini kan makanan, jadi harus betul-betul aman," kata Soni.
Terkait tahapan uji coba, Soni kemudian menyebutkan dua lokasi yang dijadikan tempat untuk mensosialisasikan serta menguji inovasi tersebut, yakni Pandeglang dan Lebak di Banten serta untuj uji peneriman ditambahkan Denpasar di Bali.