Cerita-cerita mengenai hal-hal mistis banyak diminati karena beberapa alasan.
Menurut pakar Javanologi Prof Sahid Teguh Widodo, MHum, PhD , ada kecenderungan bahwa semesta simbolik yang diproduksi oleh era milenial ini belum begitu kuat.
"Justru menunjukkan adanya pengulangan-pengulangan semesta simbolik lama," katanya, saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh Tribunnews, Kamis (5/9/2019).
Prof Sahid menjelaskan beberapa fase perkembangan zaman termasuk semesta simboliknya.
Setiap zaman selalu memproduksi semesta simbolik yang menjadi representasi dari zamannya.
"zaman raja-raja, itu simbolnya mitis, kepatuhan, raja dianggap wakil Tuhan, wakil dari dewa-dewa yang mewujud untuk mengatur kehidupan manusia," tuturnya.
Misalnya, orang tidak boleh menggunakan nama secara sembarangan.
Lepas dari zaman itu, masuk ke era industrialisasi.
Baca: Viral Bocah Perempuan yang Miliki Iris Mata dengan Empat Warna, Bisa Berubah dan Tak Bisa Ditebak
Baca: CEK FAKTA: Viral Video Pemuda di Wonogiri yang Tertangkap Basah Selingkuhi Istri Orang
Di era ini berubah menjadi mitis modern tetapi individual.
Sementara itu, pada era teknokratis berubah semesta simboliknya yakni menjadi tawar-menawar.
"Manusia berusaha menyesuaikan perilaku dengan perubahan," katanya.
Saat ini di era yang digital, terjadi perubahan yang terlalu cepat.
Menurut Prof Sahid, orang tidak lagi mengenal orang secara langsung, tidak lagi lewat pertemuan langsung.
Gejala-gejala tersebut tak bisa ditahan oleh masyarakat.