"Pada saat belum terbentuk kelembagaan, nyaris di lokasi ini hanya ada pertanaman semusim saja yaitu saat musim penghujan. Namun dengan pengelolaan kelembagaan yang baik, maka tak ada lagi sebidang lahan milik anggota yang dibiarkan terbuka tanpa menghasilkan tanaman apapun," tutur Sarwo Edhy.
Kini peningkatan pendapatan sangat dirasakan, baik dari hasil produksi padi, maupun hortikultura seperti bawang, cabe rawit, dan sebagainya.
Dalam setiap pengoperasian jadwal pompa air tanah, anggota kelompok berkewajiban untuk membayar iuran Rp 22.500 per jam dengan volume air yag dihasilkan lebih kurang 5.000 liter.
Iuran tersebut dimaksudkan untuk pemeliharaan dan pengembangan irigasi sprinkler dengan harapan pasokan air lebih luas lagi jangkauannya.
Konsep pemberdayaan P3A kedepan yang akan dikembangkan pada Direktorat Irigasi Pertanian adalah pemberdayaan P3A berbasis Sistem Informasi Kelembagaan P3A sesuai pemeringkatannya (pemula, lanjut, utama) yang diklasifikasikan berdasarkan parameter aspek teknis pengairan, teknis pertanian, kelembagaan dan administrasi keuangan.
"Diharapkan pendekatan ini lebih terfokus meningkatkan kapasitas kelembagaan berdasarkan kondisi kelembagaannya. Sehingga lebih terarah, fokus dan tepat sasaran dengan tujuan akhir optimalisasi air irigasi untuk meningkatkan IP dan atau produktivitas," pungkasnya.(*)