Nila saat itu belum bersedia memberikan komentar.
Hasyim, penjaga keamanan di rumah Nila, mengatakan, Faried Anfasa Moeloek sempat menyemangati istrinya yang terlihat shock.
Menurut Hasyim, Nila sudah mendapat informasi kegagalannya sebelum pengumuman dilakukan.
Hasyim sempat melihat Nila meneteskan air mata.
Informasi mengenai kegagalan masuk jajaran kabinet diterima Nila lewat telepon.
Tidak lama berselang, Nila meminta Hasyim dan beberapa orang untuk memindahkan karangan bunga yang ada di halaman depan ke dalam rumah.
“Ibu yang menyuruh memindahkan karangan bunga itu. Setelah itu Ibu masuk kamar,” katanya.
Berdasarkan pantauan di rumah Nila, pada Rabu malam itu setidaknya ada lima rangkaian bunga ukuran besar. Bunga-bunga itu di antaranya dikirim Dr Rudolf Tuhusula, Alcon, anggota KKI, dan Teguh Juwarno, anggota DPR asal PAN.
Puluhan bunga ucapan berukuran kecil juga tersusun di teras rumah.
Baru Kamis (22/10/2009) Nila Djuwita muncul melayani pertanyaan wartawan.
Ia mengatakan gagal menjadi menteri karena berdasarkan hasil uji tes, dirinya dinilai memiliki daya tahan terhadap stress yang rendah.
"Pembatalan saya terima kabarnya (Rabu) siang pukul 11.30 WIB dari Pak Hatta Rajasa. Dia (Hatta) mengatakan saya kurang kuat menahan stress," kata Nila di kediamannya, Komplek Patra Kuningan, Jakarta Selatan.
Meski begitu, lanjut Nila, Hatta tidak menjelaskan secara rinci soal daya tahan menghadapi stres yang rendah itu.
Gagal menjadi Menkes di Kabinet SBY, Nila kemudian diangkat menjadi Menkes di Kabinet jilid I Jokowi.
3. Tetty Paruntu
Christiany Eugenia Paruntu (Tetty Paruntu) batal menjadi calon menteri Jokowi.
Padahal, pada Senin pagi, Tetty datang ke Istana.
Mengenakan kemeja putih khas baju kerja Jokowi, Tetty datang sembari melempar senyum kepada wartawan.
Dikutip dari WartaKotalive, Selasa (22/10/2019), Tetty menjelaskan duduk perkara dirinya diundang ke Istana hingga kemudian batal bertemu Jokowi.
Menurut Tetty, ia datang ke Istana karena diundang secara langsung oleh Menteri Sekretaris Negara 2014-2019, Pratikno.
Berikut wawancara khusus Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang dengan Tetty Paruntu, sebagaimana dikutip dari Wartakotalive.com
Tetty Paruntu merapat ke Istana Kepresidenan untuk menghadap Presiden Joko Widodo, Senin ( 21/10) pagi.
Ini sesuai panggilan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Minggu (20/10) pukul 22.27 WIB via WhatsApp.
Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Utara itu tiba di Istana pukul 10.00 WIB.
Sesuai petunjuk Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Tetty diminta berkordinasi dengan Kepala Biro Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden Bey Triadi Machmudin untuk mendapat akses masuk Istana.
Hari itu agenda Presiden menerima dan berkenalan dengan calon anggota kabinetnya.
Tak ayal, kehadiran Tetty Paruntu di Istana mendapat perhatian khusus dari para wartawan yang bersiaga sejak pagi.
Tetty adalah satu-satunya perempuan di antara tokoh-tokoh yang menghadap Presiden Jokowi.
Setelah menunggu di ruang tamu satu jam lebih, sekitar pukul 11.30 WIB protokol Istana menemuinya.
Dia terlebih dahulu diminta mengisi formulir dan menandarangani “Pakta Integritas” yang berisi beberapa hal.
“Pertama, tidak tersangkut kasus hukum. Kedua, kewarganegaraannya tidak berstatus ganda (dwikewarganegaraan). Itu antara lain. Semua pertanyaannya saya jawab. Dan, tandatangani,” ungkap Tetty Paruntu dalam wawancara khusus dengan Ilham Bintang, Senin (21/10) malam.
Baca: Tiga Alumni SMAN 8 Jakarta Perkuat Kabinet Indonesia Maju
Setelah itu Tetty pindah tempat menunggu di lounge Istana.
Tidak berapa lama, Mensesneg Pratikno menemuinya.
Ia memberitahu Tetty telah menerima pesan singkat (SMS).
Praktikno meminta klarifikasi Tetty pada dua kasus.
Pertama mengenai keterlibatan Tetty dalam kasus mantan anggota DPR dari Partai Golkar Bowo Sidik yang sudah memasuki tahap persidangan di pengadilan Tipikor.
Kasus kedua, mengenai mutasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di kantornya yang mengakibatkan sekdanya diselidiki pihak berwajib.
Tetty pun mengklarifikasi langsung di depan Pak Pratikno.
Yang pertama, dia bantah terlibat dalam kasus Bowo Sidik.
Juga menyangkal pernah memberikan uang kepada Bowo Sidik.
“Saya memang tidak melakukan itu,“ ujar Tetty.
Menurut keterangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin siang, Tetty pernah diperiksa sebagai saksi dalam proses penyidikan dan persidangan Bowo Sidik. Hal itu disampaikan juru bicara KPK, Febri Diansyah, Senin (21/10).
KPK memeriksa Tetty dalam proses penyidikan kasus suap Bowo Sidik pada 26 Juni 2019.
Dalam dakwaan KPK, Bowo disebut menerima suap sebesar Rp 2,6 miliar dari Tetty Paruntu atas kerja sama pengangkutan pupuk dan gratifikasi senilai Rp 7,7 miliar terkait jabatannya sebagai pimpinan Komisi VI DPR.
“Benar saya pernah diperiksa sebagai saksi. Kesaksian membantah tuduhan memberi uang kepada Bowo. Dalam persidangan Bowo juga tidak menyatakan saya memberi uang. Clear. Selesai,” kata mantan pengusaha Alutsista ini.
“Saya juga membantah soal kasus mutasi ASN, yang ditanyakan Pak Pratikno. Kasus itu sama sekali tidak ada. Saya juga heran, kok isu itu muncul,“ jelas Tetty.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, pun datang.
Tapi Tetty membantah Airlangga datang untuk menyuruhnya pulang.
Justru Airlangga membantu Tetty Paruntu menjelaskan mengenai tuduhan itu.
Setelah itu Tetty pun pulang.
Ketika pulang, Tetty tidak melewati jalan yang sama ketika datang ke Istana.
Dia pulang lewat samping.
Ini pula yang membuat wartawan makin menyoroti kehadirannya.
Ia sedih mengikuti pemberitaan media yang berbagai versi.
“Saya itu diminta datang oleh Pak Pratikno. Ini masih saya simpan pesannya di WhatsApp."
"Pesan beliau masuk pukul 22:27 WIB. Emangnya saya gila datang ke Istana tanpa diundang,” cerita Tetty.
Menurut Tetty Paruntu, dia diusulkan resmi oleh Partai Golkar untuk menjadi anggota kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.
Yang mengusulkan namanya kepada Presiden Jokowi adalah Ketua Umum Golkar, Airlangga.
“Saya diberitahu Pak Ketum di kantor Golkar tiga hari lalu, hari Jumat. Pak Airlangga menyampaikan bahwa Tetty termasuk dari empat nama dari Partai Golkar yang diusulkan menjadi anggota kabinet," ujarnya.
Tiga usulan dari Partai Golkar untuk anggota Kabinet Jokowi adalah Zainuddin Amali, Agus Gumiwang, dan Airlangga Hartarto sendiri.
"Saya tidak pernah minta-minta untuk diutus Partai Golkar. Catat itu Bang,“ sambung Tetty.
Tetty mengaku tidak kecewa oleh kejadian yang tidak mengenakkan dirinya Senin siang tadi.
Baginya, apa yang terbaik buat Presiden Jokowi, akan didukungnya.
“Saya kan bukan orang yang tidak punya pekerjaan,” ujar Tetty yang sebelumnya tergabung dalam tim sukses Gojo, Golkar-Jokowi.
(Tribunnews.com/Daryono)