"Jadi saya pikir, janganlah kita menyesatkan masyarakat, yang dilakukan Pak Jokowi dengan persentase menteri untuk politisi, ada persentase untuk profesional itu sebagai dikotomi yang salah," ungkap Miftah.
Baca: Puan Maharani Upload Foto Wefie Bareng Prabowo Subianto & Megawati: Gitu Dong, Pak, Adem Lihatnya
Menurut Miftah, diangkatnya Prabowo sebagai Menhan dan masuknya Gerindra ke dalam koalisi adalah wujud dari dinamika politik yang ada di Indonesia.
"Tidak ada politik yang ajeg, keputusan Pak Jokowi dan Pak Prabowo adalah keputusan politik bersama dalam harmoni," kata Miftah.
Baca: Rapat Paripurna ke-4 DPR RI Dihadiri 362 dari 575 Anggota, Muhaimin Iskandar Tak Terlihat
Alasan Jokowi tarik Gerindra ke Kabinet
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Ma'ruf Amin, resmi mengumumkan Kabinet Indonesia Maju, sekaligus pelantikan menteri pada Rabu (23/10/2019).
Lalu disusul dengan pelantikan wakil menteri (wamen) pada Jumat (25/10/2019).
Dilansir dari kanal YouTube KOMPASTV, Senin (28/10/2019), tak hanya wajah lama, Kabinet Indonesia Maju juga diisi oleh sosok-sosok baru.
Mulai dari kalangan profesional, partai politik, mantan tim sukses, hingga relawan Jokowi.
Diketahui, 16 menteri dan anggota Kabinet Indonesia Maju berasal dari partai politik.
Sedangkan komposisi wamen, lima berasal dari profesional, lima dari partai politik, satu dari tim sukses, dan satu dari relawan.
Yang menarik, partai Gerindra yang menjadi rival politik Jokowi pada Pilpres 2019 mendapat kursi menteri.
Dengan masuknya Gerindra ke dalam Kabinet Indonesia Maju, Jokowi dinilai menerapkan politik akomodatif.
Pro dan kontra mencuat, komposisi kabinet dinilai syarat dengan kompromi namum Jokowi berdalih tengah mengusung demokrasi gotong royong.
Jokowi mengatakan ingin membangun demokrasi gotong royong dengan menarik Partai Gerindra, yang merupakan oposisi pada Pilpres 2019, ke dalam pemerintahannya.