Selain ASN, Marsudi juga menyebut tentara dan masjid-masjid pemerintahan menjadi target dakwah paham radikal.
"Tentara juga ditarget. Termasuk masjid-masjid negara, masjib BUMN, masjid pemerintahan, dijadikan target dakwah mereka," ungkapnya.
"Diundang ae ora pernah (diundang saja tidak pernah). Disuruh khotbah di situ aja tidak pernah. Karena mereka sudah memiliki kelompok sendiri. Mau masuk situ susah," sebut dua.
Ia menyebut ke depannya hal semacam itu hendaknya dipikirkan pemerintah.
Selain itu ia berpendapat ASN juga harus diperhatikan agar tidak terpapar radikalisme.
"Ke depan, mestinya diurusi itu, yang tadinya kena target. Pemerintahan, masjid-masjidnya, bahkan pegawai negeri."
"Untuk itu ambillah dari Muhammadiyah, dari NU, dari Persis, dari organisasi-organisasi yang sudah jelas dan mudah diingatkan kalau ada anggotanya yang salah," ucapnya.
Ditanya tidak adakah kerja sama dengan Kementerian Agama, Marsudi menyebut belum bertemu dengan Menteri Agama Fachrul Razi.
"Ya tanyakan dulu ke Menteri Agama, beliau belum pernah nanya ke kita. Ketemu aja belum," ucapnya.
Cara Melawan Doktri Radikalisme
Dalam acara Mata Najwa tersebut, Marsudi Syuhud juga mengungkapkan cara melawan doktrin radikal.
Ia menyebut harus selalu memperhatikan keluarga dan masyarakat sekitar.
"Tidak boleh berhenti, tidak boleh lengah, tidak boleh diam. Pantau anak kita, tetangga juga disampaikan," ungkapnya.
Ia menyebut jangan sampai paham asing malah mengasingkan paham yang sudah ada.