News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penghapusan Ujian Nasional

Polemik Ujian Nasional akan Dihapus, Komisioner KPAI: UN Itu Menguntungkan Kelompok Kaya

Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Pendidikan, Retno Listyarti usai rapat dengan Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo di Balai Kota Surakarta, Rabu (27/2/2019)

TRIBUNNEWS.COM - Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengungkapkan adanya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) hanya akan menguntungkan pihak tertentu saja.

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam acara Mata Najwa episode 'Menguji Ujian Nasional' yang videonya diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, pada Rabu (18/12/2019).

Retno mengungkapkan pihak yang memiliki keuntungan ekonomi lebih baik akan dapat memudahkan dalam menghadapi dan menjalankan UN.

Karena kelompok tersebut akan menggunakan jasa bimbingan belajar (bimbel) untuk menambah ilmu bagi para siswa.

Selain itu, Retno menuturkan siswa yang berasal dari keluarga berada gizinya akan terpenuhi dengan cukup.

Sehingga mereka akan fokus untuk belajar kemudian mendapatkan hasil UN yang memuaskan.

Komisioner KPAI, Retno Listyarti sebut pelaksanaan Ujian Nasional (UN) hanya akan menguntungkan pihak tertentu saja.(Tangkap layar kanal YouTube Najwa Shihab)

Retno menjelaskan berbeda dengan siswa yang perlu membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mereka harus membagi waktu antara belajar dan bekerja.

Ada hal yang mengganggu fokus mereka dalam rangka menghadapi UN tersebut.

Retno menturkan, hal tersebut menimbulkan adanya ketidakadilan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

"Sebetulnya UN itu menguntungkan kelompok kaya sebenarnya," terang Retno.

"Jadi bagaimana kelompok-kelompok kaya ini bisa membayar bimbel, kemudian gizinya cukup, tidak perlu bantu orang tua, mereka hanya berpikir untuk belajar."

"Makannya kemudian Ujian Nasionalnya tinggi, kemudian bagaimana dengan anak-anak yang miskin? Mereka tidak bisa bayar bimbel itukan ketidakadilan," tambahnya.

Tidak hanya itu, Retno juga menjelaskan siswa yang mendapatkan nilai jelek atau di bawah standar akan dicap menjadi anak bodoh.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini