Dengan pemasukan segitu, kalau untuk menanggung biaya hidup suami istri dan seorang anak tentunya cukup. Masih ada untung Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.
Sekarang virus corona mewabah, pendapatannya untuk bayar listrik, mempersiapkan dagangan lagi. Hanya untuk operasional saja.
Baca: Kini Rumah Disterilisasi, Gegara Keluarga Nekat Buka Plastik & Mandikan Jenazah PDP Corona di Rumah
Apa keluhan dari pemilik warteg terkait wabah Covi-19 ini?
Keluhannya sepi pengunjung. Pernah ada yang mau tutup, kebetulan ada bantuan dari pihak swasta, akhirnya mereka menunda tutup.
Kalau mereka tutup apa mereka bisa pulang kampung ke Tegal?
Pulang kampung sekarang susah. Seperti buah simalakama, Tegal sekarang sudah di lockdown. Justru di momen seperti ini malah agak riskan untuk pemilik warteg pulang kampung.
Baca: Kucing di Belgia Terjangkit Covid-19, Alami Gejala Diare sampai Sesak Napas
Cuma masalahnya di sini (Jakarta) kalau tidak ada pendapatan juga susah. Anak-anak mereka di kampung butuh makan, kebutuhan pokok. Ini berarti menyuapi dua tempat.
Para pemilik warteg bebannya tambah berat. Harus menghidupi keluarga di Jakarta dan di kampung sementara pendapatan terus menurun di tengah wabah corona.
Baca: Mulai 1 April, Operasional Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta Akan Dibatasi
Harapannya kepada pemerintah?
Pemilik warteg yang masih punya tunjangan cicilan, atau kredit, supaya sementara ditangguhkan.
Bahan pokok dipantau agar harganya tetap terjangkau, kalau bisa pedagang warteg ada semacam subsidi untuk tetap berjualan dan bertahan hidup.
Terus tanggungan listrik, kalau bisa saya harap sementara ini dibebaskan.
Baca: KABAR BAIK Wakil Wali Kota Bandung Berhasil Sembuh dari Corona, Ungkap Proses Penyembuhan yang Berat
Pemerintah punya banyak fasilitas dan regulasi, tinggal melaksanakan bagaimana rakyat ini bisa makan, bisa hidup, bisa sehat, agar bisa menghadapi Corona kan.
Makanannya terjamin, baik di Jakarta maupun di daerah.