Semetara itu, hasil monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di
Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten juga menunjukkan tidak ada anomali muka
laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00
WIB.
Sehingga, berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide
Gauge dan Radar Wera, menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam
tidak memicu terjadinya tsunami.
Hasil monitoring kegempaan yang dilakukanBMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu
pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB menunjukkan bahwa sensor BMKG tak mencatat
adanya aktivitas seismik.
Menurutnya, erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG
lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.
Ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG di mana pada pukul
22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru
yang dipasang tahun 2019, mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat
baik.
Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat
Jabodetabek, sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, berdasarkan
monitoring BMKG, menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya
signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Prov. Banten.
"BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa
tektonik," tuntas Rahmat.
Bisa Terdengar karena Situasi Sepi Dampak Corona?
Sementara Ahli Vulkanologi Surono menduga suara dentuman yang didengar warga
Jabodetabek pada Sabtu (11/4/2020) dini hari, bisa jadi berasal dari Gunung Anak Krakatau. Mbah
Rono, begitu ia disapa, memastikan Gunung Anak Krakatau meletus. Hanya saja dia tak
memiliki data sumber dentuman.
"Yang pasti Gunung Anak Krakatau meletus. Namun saya tidak punya data sumber
dentuman, dimana pada saat masyarakat mendengar dentuman apakah bersamaan dengan
letusan Anak Krakatau," ujar Mbah Rono, ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu
(11/4/2020).
"Bisa terjadi yang terdengar suara dentuman itu dari Gunung Anak Krakatau," imbuhnya.
Dia juga menganalisis mengapa warga Jabodetabek dapat mendengar suara dentuman
tersebut.
Menurutnya, itu terjadi karena saat ini di tengah pandemi virus corona kondisi
terbilang sepi. Tidak adanya kegiatan manusia dan kendaraan yang lalu lalang membuat
suara dentuman itu terdengar banyak pihak.
"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalu-lalang, tidak ada kegiatan manusia.
Sepi (sehingga terdengar dentuman itu)," kata dia.
Namun, Mbah Rono tetap tak bisa memastikan apakah benar dentuman tersebut berasal
dari Gunung Anak Krakatau. Dia mengatakan bisa saja suara itu berasal dari sumber lain.
"Bisa terjadi suara dentuman tersebut dari letusan Gunung Anak Krakatau, tapi bisa dari
sumber lain yang saya tidak tau," tandasnya.
(dod/coz/ilham/reynas/rina/vincent/tribunnetwork/cep)