Kelucuan terjadi ketika seorang pasien dipanggil masuk ruangan kemudian ditanya mengenai data pribadi, lalu menuliskan dalam selembar formulir.
Pasien diambil lendir di tenggorokan melalui dua lubang hidung. Begitu baru saja bangkit dari tempat duduk, ia dipanggil lagi oleh petugas berbeda, yang jarakna hanya dua meter dari petugas pengambil lendir.
Ia juga minta data pribadi dan menuliskannya di selembar formulir. Lalu ia minta pasien yang sama diambil lendir oleh petugas yang sama juga.
"Lho saya baru saja diambil lendir," ujar sang pasien.
Baca: Link Streaming The World of The Married Episode 1-12 Lengkap: Perceraian Bukan Akhir
"Oh sudah ya," katanya seraya menyobek lembaran formulir yang baru saja ditulisnya.
Kondisi itu bisa dipahami karena jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah petugas. Di lantai 27 saja ada 32 ruangan, begitu juga di lantai 26.
Kalau semua ruangan full terisi, satu lantai itu ada 96 pasien, sedang petugas dan perawat untuk satu lantai paling banyak enam orang.
Mereka berasal dari tempat berbeda, termasuk lembaganya. Ada yang dari dinas kesehatan pemerintahan provonsi, TNI, Polri dan lembaga lainnya.
"Saya dari Dinas Kesehatan Kalimantan Barat," kata Sri Wahyuni.
Beberapa petugas lainnya ada yang dari Bandung dan ada pula dari Maluku. Mereka harus menjadi satu tim dalam waktu singkat dan mengurus orang banyak.
Namun, dalam setiap situasi, mereka tampak kompak, dan selalu berdiskusi ketika menghadapi keluhan pasien.
Jadi ketika menjawab keluhan pasien dalam grups WA, selalu satu suara.
Yang paling banyak ditanyakan pasien terutama soal hasil tes swab. Menurut petugas medis, hasil tes swab perlu waktu cukup lama, bisa sampai 10 hari. (cep)