Ramli menyebut pihaknya sudah tegas menolak apabila ada wacana 100 persen pembelajaran daring.
"Kalau yang dimaksud pembelajaran daring ini dilakukan 100 persen ya tidak bisa, guru-guru menolak, tetap dibutuhkan pertemuan," ungkap Ramli saat dihubungi Tribunnews, Sabtu.
Baca: Presiden: Pendidikan Tinggi Harus Perhatikan Kesehatan Fisik dan Mental Mahasiswa
Ramli menyebut, pembelajaran daring tetap dapat dilakukan.
"Tetapi harus tetap ada pertemuan tatap muka," ungkapnya.
Ramli juga mengkritisi apabila pendidikan formal berbentuk layaknya start up.
"Apalagi meniru semacam start up, start up itu kan asumsinya seperti bimbingan belajar, bukan yang pokok, hanya menambal yang kurang," ungkapnya.
"Posisi bimbel hanya menambal kekurangan sekolah, tidak bisa sebagai pokok," imbuhnya.
Sehingga, maksud kata permanen yang disampaikan Nadiem Makarim disebut Ramli harus diperjelas.
Ramli menyebut setuju jika pembelajaran daring digabung dengan pertemuan tatap muka.
"Kalau blended, gabungan antara pembelajaran tatap muka dan jarak jauh, itu udah lama dilakukan sebelum pandemi," kata Ramli.
"Yang kami mau ya guru yang ada sekarang menghadapi (mengampu) siswa yang terbatas, yakni 32-36 siswa sesuai peraturan rumbel," pungkasnya.
Solusi Keterbatasan Sarana Pendidikan
Sementara itu sekolah virtual dinilai Ramli mampu menjadi solusi keterbatas sarana pendidikan.