TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Menggunakan masker ketika keluar rumah telah menjadi kewajiban di masa adaptasi kebiasaan baru atau era new normal.
Pemakaian masker termasuk satu dari tiga poin protokol kesehatan yang harus diikuti guna mencegah penyebaran virus Corona penyebab penyakit Covid-19.
Namun, tentu, satu kebiasaan baru tidak serta-merta dapat berjalan mulus. Ada saja riak-riak yang terjadi.
Ada kelompok yang menunjukkan penolakan. Ada yang menerima, tetapi tetap merasa tak mudah untuk melaksanakan.
Nurul, misalnya. Perempuan 19 tahun yang merupakan mahasiswi satu perguruan tinggi di Medan, menyebut dirinya sampai sejauh ini belum bisa nyaman saat mengenakan masker.
“Saya menyadari penggunaan masker ini sangat penting. Tapi jujur, bagi saya enggak mudah. Terasa kurang nyaman saja. Apa lagi kalau harus bicara saat menggunakan masker."
"Saya tetap pakai masker. Namun kalau berlama-lama, sampai saat ini saya belum sanggup,” ujarnya pada Tribun, Sabtu (3/10/2020).
Baca: Warga Takut Tiba-tiba Didekati Satpol PP, Langsung Kaget Diberi Hadiah Uang karena Pakai Masker
Lantaran merasa belum nyaman, dalam situasi tertentu, misalnya tidak sedang berada dalam kerumunan, Nurul melepas masker yang ia gunakan.
Sebaliknya, ketika berada di tengah keramaian, masker ia pasang lagi.
“Sisi positifnya, yang pasti kita merasa lebih aman dari penularan. Paling tidak persentase tertular jadi lebih kecil. Apalagi kalau semua sudah sama-sama sadar. Pakai masker dan saling menjaga jarak, resikonya akan semakin kecil,” katanya.
Ari (25) punya pandangan berbeda. Dia tidak menyinggung perihal kenyamanan. Ari yang bekerja sebagai karyawan swasta justru memandang masker dari kacamata tren dan fashion.
“Kalau soal kegunaannya sudah pasti, ya. Sudah keharusanlah. Tidak perlu didebatkan lagi. Malah saya melihatnya sebagai tren."
"Bagaimana sekarang banyak masker yang dirancang khusus bermotif sama dengan baju. Kemudian ada juga yang didesain khusus untuk acara‑acara tertentu. Keren sih kalau menurut saya,” ucapnya.
Senada dengan pandangan Ari, Zuraidah (47), seorang guru, menyebut masker yang menjadi tren menumbuhkan peluang bisnis baru bagi warga.