Apa setiap ada kegiatan internal TNI, khususnya kegiatan keagamaan umat Islam, apa Anda selalu diminta mengisi acara?
Selama ini kalau ada kegiatan keagamaan, kalau itu tabligh Akbar, seperti maulid nabi, Isra miraj, atau Muharam, itu mayoritas minta saya sebagai pembaca ayat suci Al-Quran.
Kalau dia Salat Id, itu biasanya pemimpin takbiran. Kalau seperti hari biasa, salat lima waktu, itu saya biasanya diminta jadi imam salat. Nanti kalau bulan puasa, bulan suci Ramadan, diminta jadi imam salat tarawih.
Saya satu-satunya Qori di Kopassus. Bila saya pindah, sudah tidak ada lagi Qori. Itu mengapa saya sering diminta Mabes TNI untuk mengisi acara di Mabes, Kopassus, RSPAD, dan acara-acara besar lainnya. Seperti acara-acara waktu ada presiden, panglima TNI, dan lainnya.
Bisa diceritakan kapan menjadi Qori dan membacakan ayat suci Al-Quran di depan Presiden?
Jadi pelaksanaannya itu tahun 2019, saat itu ada acara buka puasa Presiden Joko Widodo dengan TNI-POLRI di Monas. Saya dapat perintah dari Mabes TNI untuk mewakili TNI baca Quran.
Bagaimana rasanya dipercaya membaca quran di hadapan presiden langsung?
Alhamdulillah, istilah kasarnya salah satu cita-cita saya juga bisa dipakai oleh pejabat militer, untuk mewakili militer jadi qori untuk orang nomor satu di Indonesia.
Boleh dibilang sangat bergengsi, karena kan harus dicek semua TNI yang kemampuan tilawahnya bagus, pasti itu yang dipercayakan. Kalau kita kemampuan tilawahnya kurang bagus pastinya kan tidak akan dipercaya.
Otomatis dicari yang terbagus, sehingga penampilan yang diberikan bagus karena membawa nama satuan, terutama nama satuan Tentara Nasional Indonesia.
Apa minder ketika mengisi acara yang ada pejabat?
Lebih minder berhadapan dengan alim ulama, Kiai ketimbang pejabat negara. Karena mereka kan lebih tahu bagaimana membaca Alquran yang benar, jadi kalau saya tidak sengaja salah mereka tahu. (tribun network/Lucius Genik)