"Waktu itu kebetulan sedang hari pesiar," ujar Saleh.
Setelah bubar, seorang senior yang telah jadi tentara aktif menghampiri Saleh dan meminta agar Saleh cepat bersiap untuk ke rumah dinas Danresimen.
Artinya memang seluruhnya sudah tahu bahwa Saleh yang menghukum Danang.
"Jadi waktu itu saya keluar paling pertama dari ksatriaan tanpa dicek pengasuh," kata Saleh.
Dia lalu tiba di rumah Danresimen dan bertemu dengan Kolonel Erwin Sudjono yang sedang pakai singlet dan sarung.
Saleh pikir akan dimarahi, tetapi ia ternyata justru ditawari makan oleh Danresimen.
Saat makan itulah Kolonel Erwin mulai memberi petuah soal nantinya Danang dan dirinya akan menjadi kolega ketika sudah di batalion.
Ada banyak petuah yang disampaikan kolonel Erwin soal itu.
Usai makan, Saleh mengaku tidak mengerti apa yang dibicarakan Kolonel Erwin soal batalion yang disebut Kolonel Erwin.
"Ijin komandan, yang saya tahu itu batalion hanya tiga. Batalion taruna remaja, batalion taruna madya, dan batalion taruna dewasa," kata Saleh kepada Kolonel Erwin.
Kolonel Erwin pun geleng-geleng kepala mendengar jawaban Saleh.
Berikutnya ia langsung bertanya soal kenapa Saleh menghukum Danang.
Saleh lalu menjawab bahwa doktrin di AKMIL menyebutkan bahwa seorang taruna itu terbentuk oleh 80 persen dari didikan seniornya dan 20 persen dari didikan pengasuh.
"Oleh karena itu ijinkan saya mewarnai Danang komandan," kata Saleh.
Saleh juga mengingatkan bahwa AKMIL adalah milik bangsa Indonesia dan Danang akan menjadi orang hebat.
Saleh masih berpikiri dia akan dihukum, tapi ternyata ia tidak dihukum.
Saleh justru disuruh pergi pesiar.
Kini, dengan perjalanan waktu, Saleh melihat Danang sudah menjadi orang hebat.
Gembleng AHY
Berikutnya, AHY juga pernah mengalami gaya didikan kejam M. Saleh selama taruna.
Saleh juga menceritakan bagaimana ia mewarnai AHY selama di AKMIL Magelang.
AHY adalah junior dari Saleh. Saleh masuk AKMIL tahun 1996 dan lulus tahun 1999, sedangkan AHY masuk AKMIL tahun 1997 dan lulus tahun 2000.
Saat AHY baru masuk AKMIL, Saleh sudah berpangkat Sersam Mayor Taruna dan diberi jabatan Komandan Regu Batalyon Madya.
Di regu itu ia membawahi 10 orang dan seingatnya salah satunya adalah AHY.
Sebagai komandan regu, Saleh tidak mau ada juniornya yang memiliki nilai akademik jelek dan nilai jasmani jelek. '
"Setiap malam saya tunggui orang itu belajar," ujar Saleh.
Jika ada yang jelek dan salah, ujar Saleh, akan ia hukum. "Kalau salah yang guling jungkir semua," kata Saleh.
Jabatan Saleh teryata naik lagi menjadi komandan peleton. Artinya dia membawahi tiga regu.
Berarti dia membawahi 3 komandan regu dan 30 orang anggota.
Saleh tetap menjalankan dokrin yang sama. Ia tidak mau melihat nilai akademik dan jasmani yang jelek.
Dia berani begitu karena Saleh juga cerdas dan tidak pernah nilainya jelek.
Tak lama kemudian, sekitar dua bulan berikutnya, Saleh naik jabatan lagi menjadi komandan kompi.
Artinya dia membawahi tiga peleton. Anak buahnya berarti ada tiga komandan peleton, sembilan komandan regu, dan 90 anggota taruna.
Saat itu, Saleh mengingat masih ada AHY menjadi anak buahnya di dalam kompi yang ia pimpin.
Saat menjadi komandan kompi, sikah Saleh lebih sadis lagi.
Jika ada anak buahnya yang mengantuk saat belajar, ia akan langsung menghukum taruna junior itu untuk berendam di kolam sampai basah kuyup.
Bahkan saat itu Saleh jadi dikenal sebagai senior yang kejam.
Tapi ia menyebut bahwa dirinya bukan kejam.
"Saya tidak kejam. Seluruh junior saya bilang saya kejam. Saya tidak kejam, abang hanya ingin kalian jadi orang terbaik di negeri ini. Kalian harus lebih baik dari senior-senior," ujar Saleh.
Berikutnya Saleh naik jabatan lagi jadi komandan batalion III resimen chandradimuka.
Ketika itu AHY menjadi wakil komandan batalion I.
Pada saat Saleh menjadi komandan batalion III resimen chandradimuka inilah dia melakukan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di AKMIL.
Semua itu berawal dari Saleh yang membaca bahwa pangkat Sersan Mayor Taruna itu lebih tinggi setengah klik daripada sersan kepala aktif.
Dia menafsirkan artinya sersan kepala, sersan satu, sersan dua sampai prada, berarti di bawah pangkatnya.
Berikutnya pada apel siang batalion, biasanya hanya taruna yang berbaris dari ujung ke ujung.
Para pelatih yang tentara aktif itu biasanya istirahat dan hanya mengawasi.
"Bagi saya tidak ada, seluruh pelatih dan tentara aktif saya suruh baris di ujung," kata Saleh.
Akibatnya para tentara aktif pun menggerutu.
Saleh mendengar keluhan itu dan menjelaskan bahwa ia komandan batalion dan pangkatnya lebih tinggi dari para pelatih berpangkat sersan kepala.
Peristiwa itu pun jadi heboh dan membuat Saleh dimarahi seniornya yang sudah tentara aktif.
Ia pun kemudian tidak pernah melakukan hal tersebut lagi dan peristiwa itu hanya satu kali terjadi di AKMIl.
Simak video pernyataan Saleh di bawah ini ;
Kritik Moeldoko
Berikutnya, Saleh pun angkat bicara menyangkut peristiwa yang terjadi baru-baru ini di mana Moeldoko diisukan hendak melakukan kudeta terhadap AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Isu kudeta AHY memang kini tengah hangat.
Bagi Saleh, sikap itu adalah hal yang aneh. Bahkan Saleh sampai terheran-heran.
Sebab, kata Saleh, di AKMIL ada doktrin bahwa sebaik-baik senior adalah yang mampu mewarnai juniornya.
Hal itu lantaran ada doktrin lain menyebutkan bahwa taruna terbentuk dari asuhan seniornya sebanyak 80 persen, dan 20 persen lainnya dari asuhan pengasuh.
Doktrin itulah yang dipegang teguh oleh Saleh selama menjalani pendidikan Taruna.
"Maka saya sangat kaget jika ada senior dari lulusan AKABRI yang mengganggu juniornya," kata Saleh
"Jujur saya sedih. melihat berita bahwa Pak Moeldoko sebagai senior jauh di atas kami, apalagi beliau dari panglima TNI, mau mengganggu juniornya. Sedih saya. otomatis saya tidak akan diam hal-hal begini" kata Saleh.
"Kalau saya merasa diri hebat, maka junior saya harus lebih hebat dari saya," ujar Saleh.
Berita ini sudah tayang di Warta Kota dengan judul: Alasan Mayor Saleh Pensiun Dini, Senior Kejam yang Pernah Gembleng AHY dan Keponakan SBY di AKMIL