Bambang Setiawan dari Litbang Kompas memaparkan hasil survei lembaganya tentang pilkada serentak 9 Desember 2020 berdasar berbagai indikator seperti profesi, usia, pola koalisi partai politik dan sebagainya.
"Terlihat munculnya pola aglomerasi partai politik yang menyerupai perusahaan milik keluarga,” kata Manager Litbang Kompas Ignatius Kristanto menambahkan.
Pernyataan senada disampaikan oleh Arya Fernandes dari CSIS. Menurutnya, dari pilkada serentak terlihat munculnya sistem multipartai ekstrim yang sangat cair dan pragmatis. Partai politik semata mengejar kemenangan.
Arya menyebut perlu ada perbaikan kualitas pencalonan kandidat, standardisasi kandidat. “Bila mungkin Lemhannas menerbitkan sertifikat kelayakan seorang menjadi kandidat kepala daerah,” kata Arya.
Sri Budi Eko Wardani dari UI menyoroti kecenderungan pragmatisme partai politik di daerah yang terlihat mengincar sumber daya di APBD. Bersama Wawan Ichwanudin dari LIPI, dia juga mendesak perlu deregulasi UU Partai Politik dan Sistem Pemilu. Termasuk aturan soal rekrutmen kandidat agar proses politik berjalan lebih berkualitas.
"Perlu evaluasi mendasar apakah tujuan pilkada langsung agar kepala daerah lebih responsif terhadap kebutuhan daerah dan warganya sudah tercapai?” ujar Wawan.
Kendati banyak catatan negatif terhadap pelaksanaan pilkada serentak dan hasilnya, Agus Widjojo menekankan pentingnya tetap percaya kepada proses demokrasi.
“Memang perlu ada perbaikan tapi demokrasi tetap harus dirawat. Apalagi belum ada sistem lain yang terbukti lebih baik,” kata Agus.
Untuk diketahui, penyaji utama dalam diskusi terbatas tersebut adalah Ignatius Kristanto dan Bambang Setiawan dari Litbang Kompas, serta Arya Fernandes M.Si, Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and International Studies (CSIS) menjadi pembanding.
Adapun pembahas menghadirkan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Tri Agung Kristanto, Wawan Ichwannuddin M.Si. dari Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Dr. Sri Budi Eko Wardani, S.IP, M.Si dari Center for Political Studies Universitas Indonesia (UI).
Selain Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang membuka acara seminar itu, hadir pula Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan dan para deputi. Diskusi dimoderatori oleh Nugroho Dewanto, mantan Redaktur Pelaksana Majalah Tempo.