Ketika itu, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan.
Permintaan itu dititipkan Soeharto kepada tiga jenderal AD yang datang menemui Soekarno, yakni Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi).
Akhirnya, pada 11 Maret 1996 sore di Istana Bogor, Soekarno menandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan.
Baca juga: Hari Perempuan Sedunia Diperingati Setiap Tanggal 8 Maret, Berikut Sejarah dan Kumpulan Ucapannya
3. Kontroversi Hingga Kini
Masih dari sumber yang sama, Pengamat sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menyebut, supersemar sebagai satu diantara rangkaian peristiwa untuk melemahkan kekuasaan Soekarno.
Sehari setelah Soeharto menerima mandat itu, ia langsung membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Beberapa hari kemudian, belasan menteri yang setia dengan Soekarno ditangkap.
Sehingga, lama kelamaan kejayaan Soekarno pun mulai mati.
Baca juga: Ini Sejarah Hari Perempuan Internasional, Google Doodle Tampilkan Video untuk Penghormatan
Baca juga: Apa Itu Nyepi? Berikut Sejarah dan Rangkaian Upacara Hari Raya Nyepi
Adapun tiga kontroversi soal Supersemar, yakni diantaranya:
Pertama, menyangkut keberadaan naskah otentik Supersemar.
Kedua, proses mendapatkan surat itu.
Ketiga, interpretasi yang dilakukan oleh Soeharto.
Dalam diskusi bulanan Penulis Buku Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Kamis (10/3/2016), Asvi mengatakan, keberadaan naskah otentik Supersemar hingga kini belum diketahui.
Selain itu, kontroversi berikutnya yakni dikabarkan supersemar diberikan Soekarno dalam situasi tertekan.