Jangan sampai kata dia, anak anak digiring dalam konflik tak berkesudahan, yang berakibat buruk.
Untuk itu berbagai pihak seperti keluarga, sekolah, tempat tempat pembelajaran di masyarakat, rumah ibadah punya tugas menjelaskan kembali secara baik dalam kegiatannya, seperti mengajak anak anak bersikap tenang, mendoakan para korban, mengajarkan nilai nilai yang di pegang bangsa Indonesia dalam hidup bersama, seperti yang terkandung pada nilai nilai keragaman Pancasila, bahwa pemerintah kita sedang bekerja dan mengungkap peristiwa.
"Agar mereka teredukasi dan belajar merespon peristiwa peristiwa ke depan dengan lebih baik," kata dia.
Penting juga menurutnya anak anak mengenalkan kata maaf dalam berbagai peristiwa yang mengundang emosi. Karena bila dibiarkan akan menjadi reaksi yang berlebihan dan tidak pada tempatnya.
Terutama di media sosial, yang mana terdapat potensi adanya pembicaraan yang cenderung menyesatkan dan dapat merugikan jiwanya.
Jasra juga mengingatkan berbagai pihak, untuk mengambil posisi menenangkan dan mendamaikan berbagai pihak. Agar Indonesia tidak mewarisi trauma kepada generasinya.
Agar generasinya tidak diwarisi kebencian kebencian yang diajarkan. Namun lebih menumbuhkan kasih sayang yang memang menjadi fitrah dan anugerah dari Sang Pencipta kepada setiap anak, yang dapat mendukung tumbuh dan kembangnya dalam alam Indonesia.
"Sikap sikap yang menumbuhkan kepekaan kemanusiaan harus lebih dominan dimunculkan orang tua dibanding sikap lainnya. Guna mengedukasi dalam memutus mata rantai kekerasan," pungkasnya.