“Ketika datang, kami disambut Presiden Ben Bella. Selang beberapa waktu, kami semua masuk penjara karena Presiden Ben Bella terguling. Kekuasannya dikudeta Panglima Angkatan Darat Kolonel Houari Boumedienne, yang tidak mau tahu kami ini siapa,” ujar seorang perwira Tjakrabirawa.
Derita personel Tjakrabirawa baru berakhir setelah melalui sebuah perundingan alot dengan rezim baru Aljazair.
Maulwi Saelan berangkat ke Aljazair melalui Paris karena belum ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Aljazair.
Akhirnya semua anggota Resimen Tjakrabirawa dibebaskan dan diantar sampai Paris oleh Polisi Aljazair. Selanjutnya semua senjata dan barang-barang milik advanced team dikembalikan.
Hingga kekuasaan Presiden Soekarno berakhir pada 1967, KAA II tidak pernah dilaksanakan. Padahal saat terdampar di Kairo, Bung Karno mengusulkan pergantian KAA II menjadi Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika.
Dihadiri Bung Karno, Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Chou En Lai (Perdana Menteri China), dan Ayub Khan (Presiden Pakistan), diperoleh kesepakatan KAA II tetap dilaksanakan di Algier namun pelaksanaannya ditunda empat bulan kemudian, yaitu awal November 1965. (*)
*Dikutip dari buku ‘Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno’, penulis Aswi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F Isnaeni, dan MF Mukthi, Penerbit Buku Kompas, Cetakan Kedua 2014.
Baca juga: Lemparan Lima Granat Tak Mampu Membunuh Bung Karno di Cikini