Diketahui, mayoritas masyarakat saat ini masih memakai TV analog yang identik dengan penggunaan frekuensi radio 700 Megahertz (MHz).
Dikutip dari kominfo.go.id, siaran analog ditangkap oleh TV analog dengan menggunakan medium antena.
Semakin tinggi antena maka semakin baik kualitas tayangan, begitu pun sebaliknya.
Sehingga pengguna TV analog di wilayah perbukitan sulit mendapat gambar yang bagus.
Baca juga: Jadwal Terbaru Migrasi TV Analog ke TV Digital, Kemkominfo Menunda Proses Analog Switch Off (ASO)
Masyarakat di wilayah perbatasan juga kerap kali sulit mendapatkan siaran televisi yang berkualitas.
Hal ini dikarenakan dapat dipastikan sinyal frekuensi TV dari Indonesia beririsan dengan sinyal frekuensi dari negara sahabat.
Alhasil siaran dalam negeri sulit diakses oleh masyarakat yang berada di sana.
“Ketika bicara integrasi nasional, bicara kedaulatan informasi, maka tayangan digital itu bagian dari menangkal luberan tayangan asing,” ungkap Nuning.
Nuning menyebut masyarakat di perbatasan semakin mendapatkan informasi yang bernuansa keindonesiaan dengan migrasi siaran digital.
“Itu bagian menjaga integrasi nasional,” tegasnya.
Baca juga: Migrasi ke TV Digital Turut Dorong Kehadiran Internet 5G
Internet Indonesia Jadi Lebih Cepat
Sementara itu manfaat lain dari migrasi TV analog ke digital adalah semakin cepatnya layanan internet di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kemkominfo, Ahmad M Ramli, dalam Webinar Sosialisasi Migrasi TV Analog ke Digital di Kalimantan Timur, Kamis (22/7/2021) lalu.
Apabila ASO ini bisa berlangsung sesuai rencana di tahun 2022, Ramli menyebut masyarakat akan mendapat manfaat yang jauh lebih besar untuk broadband atau jangkauan internet.