Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar Sekolah Lapang Masyarakat Pengelolaan Mangrove dan Tambak Ramah Lingkungan di Desa Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan perilaku ramah lingkungan berkelanjutan, diikuti oleh 72 peserta yang terdiri dari petambak, mahasiswa, serta perwakilan dari Desa Mandiri Peduli Mangrove.
Sementara itu, dalam merumuskan solusi permasalahan yang dihadapi di lapangan, BRGM menjalin kemitraan dengan Universitas Mulawarman (Unmul) melalui skema matching fund Kedaireka.
“Sekolah Lapang ini untuk menggali ilmu-ilmu praktik bukan teori saja. Kita bisa dapat pengalaman dari para petambak, para petambak nanti ada pengayaan ilmu juga, karena orang yang sehari-hari berhubungan dengan mangrove adalah para petambak,” kata Dosen dan Peneliti dari Universitas Mulawarman (Unmul) Rita Diana, Rabu (13/10/2021).
Baca juga: Wamen LHK: Mangrove Fitur Alami Signifikan Redam Abrasi Laut
Menurutnya, penerapan pengelolaan mangrove berbasis tambak dan lingkungan akan mengembangkan dan melakukan pembangunan demplot akuakultur (silvofishery) terintegrasi, mulai dari pembenihan udang, budidaya udang di tambak, pembuatan pakan mandiri dan budidaya kepiting soka di tambak.
Nantinya, demplot tersebut akan menjadi percontohan untuk pengelolaan tambak yang ramah lingkungan dengan pengaplikasian ‘smart’ akuakultur.
“Bulan depan kita adakan praktik langsung di tambak, salah satu tambak yang dijadikan demplot, di situ nanti akan uji coba yang mungkin para petambak gunakan bahan kimia, nanti kita coba bahan alami. Uji coba ini adalah hasil penelitian yang akan kita coba dalam skala besar,” pungkasnya.
Melihat hasil penelitian Unmul, Kapokja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignya Utama berharap kegiatan ini bisa menjadi pembelajaran masyarakat mangrove dalam membangun tambak-tambak ramah lingkungan.
“Kami berharap kegiatan Sekolah Lapang ini bisa dipraktikan, lebih menguntungkan dan meningkatkan perekonomian warga serta menjaga lingkungan. Jika ini berhasil, masyarakat yang sudah mendapatkan bantuan rehabilitasi mangrove bisa lihat tambak percontohan ini,” ujar Suwignya Utama.
Suwignya juga menambahkan, kegiatan ini merupakan perwujudan visi Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove bahwa rehabilitasi mangrove melalui penanaman bibit mangrove tidak akan menutup usaha tambak, tetapi akan meningkatkan produktifitas tambak.
Seperti diketahui, Kalimantan Timur merupakan salah satu lokasi target percepatan rehabilitasi mangrove BRGM.
Program rehabilitasi mangrove ini melibatkan masyarakat langsung dengan pendekatan padat karya dengan skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Di mana target penanaman mangrove tahun 2021 di Kalimantan Timur seluas 5.880 hektare. Adapun progres penanaman mangrove telah mencapai 76,96 persen atau seluas 4.525 hektare.