Namun, NeoCoV sebenarnya bukan sebutan formal, sehingga sulit untuk melacak etimologi istilah tersebut.
Para ahli telah menunjukkan NeoCov bukan virus corona baru atau mutasi atau varian baru.
Bahkan makalah penelitian yang memicu pembicaraan viral seputar NeoCoV tidak mengatakan bahwa itu adalah bentuk baru dari virus corona baru.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Sarankan Pasien Gejala Ringan Covid-19 Lakukan Isoman dengan Pengawasan
Berikut ini poin umum atau ringkasan dari makalah tentang NeoCov:
1. NeoCoV adalah kerabat MERS-CoV terdekat yang pernah ditemukan dan ditemukan pada kelelawar.
2. NeoCoV dapat secara efisien menggunakan beberapa jenis kelelawar ACE2 (sejenis sel yang dalam biologi disebut reseptor) untuk menyebabkan infeksi.
3. NeoCoV dapat menginfeksi sel ACE2 manusia setelah mutasi T510F.
Pada dasarnya, makalah penelitian mengatakan NeoCoV, yang sejauh ini hanya ditemukan pada kelelawar, mungkin dapat menginfeksi manusia jika mengalami jenis mutasi tertentu.
Namun ada banyak hipotesis yang didasarkan pada penelitian laboratorium yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Tinjauan tersebut merupakan proses ketat yang melibatkan para ahli, yang tidak terkait dengan penelitian yang bersangkutan, untuk menganalisis temuan dan metode peneliti asli.
Gagasan tentang NeoCoV yang mungkin dapat menginfeksi manusia masih menjadi teori, sehingga hal ini seharusnya tidak menjadi perhatian langsung.
Baca juga: Pembatasan Ketat Covid-19, PM Selandia Baru Tak Izinkan Jurnalis Hamil Ini Kembali dari Afghanistan
Infeksi NeoCov pada Manusia Terjadi jika Virus Alami Mutasi
Dikutip dari The Quint, studi yang dilakukan oleh para ilmuwan China, secara tidak terduga menemukan NeoCoV dan kerabat dekatnya, PDF-2180-CoV, berpotensi menggunakan reseptor Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) manusia dan kelelawar untuk masuk ke tubuh manusia.
Kemudian, studi tersebut menyatakan kemungkinan itu tergantung pada mutasinya.