Kendati telah mengumumkan potensi penjualan 36 unit F-15ID ke Indonesia, keputusan tersebut bukan berarti negosiasi telah rampung.
Keseimbangan kekuatan di ASEAN
Apa pun itu, jika pembelian Rafale dan F-15 terwujud, keseimbangan kekuatan di ASEAN dipastikan berubah.
Beberapa negara regional akan jauh di depan dalam kekuatan angkatan udara mereka sementara beberapa negara lain tetap tertinggal.
Saat ini, selain Singapura, kekuatan udara negara-negara di Asia Tenggara masih relatif seimbang.
Sebut saja Malaysia yang agak "terseok" dengan hanya mengandalkan segelintir Sukhoi 30, Mig 29, dan F-18 Hornet yang jumlahnya tidak banyak dan bermasalah dengan kesiapan tempurnya.
Atau, misalnya, kekuatan udara Thailand yang hanya bertumpu pada F-16A/B seri awal dan Gripen buatan Swedia.
Meski tergolong agak baru, pesawat bermesin tunggal ini dinilai sebagian pengamat tidak sekuat F-15 maupun Rafale.
Kini, beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand juga berusaha menyeimbangkan kekuatan.
Kementerian Thailand telah menyetujui untuk mengalokasikan dana USD 413,7 juta untuk membeli empat jet tempur F-35 Joint Strike Fighter.
Sedangkan Malaysia, semakin tertinggal di belakang.
Penggantian jet tempur mereka baru akan dilakukan Malaysia pada tahun 2035 dan 2040.
Pembelian Rafale dan rencana akuisisi F-15 memang menimbulkan pro dan kontra.
Bahkan ada yang mempertanyakan kenapa uangnya tidak dibelikan obat dan vaksin.