Karena, ujar Badri, untuk menjadi negara maju, bangsa Indonesia harus mampu masuk pada kelompok negara dengan high income yang berciri memiliki industri services 69,70% yang sangat mengandalkan kualitas SDM yang tinggi.
Pada kesempatan itu, Badri mengungkapkan pengalaman Tiongkok saat menuju negara maju.
Dia mengungkapkan, ketika itu Tiongkok melibatkan perguruan tinggi dalam sejumlah penelitian di bidang algoritma, bahan baterai dan sejumlah teknologi masa depan seperti robotik dan teknologi molekuler, agar Negeri Tirai Bambu itu akhirnya mampu masuk menjadi negara maju.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo mengkonfirmasi bahwa pandemi Covid-19 benar berdampak pada kalangan muda.
Hal itu, ujar Anggoro, terungkap pada meningkatnya klaim jaminan hari tua (JHT) pada pekerja milenial yang mengundurkan diri dan terkena PHK di masa pandemi.
Menurut Anggoro, di masa pandemi ini terjadi shifting pasar kerja dari sektor formal ke sektor informal. Para pekerja yang keluar dari sektor formal saat ini, ungkap Anggoro, belum masuk kembali ke sistem perlindungan BPJS Ketenagakerjaan.
CEO for Navanti Indonesia, Indra Pramana mengungkapkan industri start up masih menjadi salah sektor yang diminati kelompok milenial di Indonesia.
Menurut Indra, sejumlah startup di Indonesia di bidang fintek, logistik, e-commerce, food and beverage dan agrikultur sangat diminati para investor.
Peluang itu, ujar Indra, harus ditangkap oleh anak bangsa dengan sejumlah upaya strategis agar generasi milenial Indonesia mampu berperan lebih besar di industri startup di tanah air.
Co-Head of Delegate Selection Committe dan Delegasi Y20 Indonesia 2021, Putri Anetta Komarudin mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada masa transisi kalangan muda yang akan memasuki dunia kerja.
Akibatnya, jelas Putri, sebagian generasi muda masuk ke sektor informal yang kurang mendapat perlindungan. Isu job insecurity ini, jelas Putri, menjadi perhatian dalam penyelenggaraan Y20 mendatang.
Pakar Hukum Universitas Pasundan Bandung, Atang Irawan menilai untuk persiapan menyambut bonus demografi perlu upaya perbaikan kebijakan di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur serta percepatan investasi.
Menurut Atang, para pemangku kepentingan perlu membuat peta jalan untuk mempersiapkan formulasi dalam menyambut bonus demografi untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan kebijakan seperti yang terjadi pada Afrika Selatan dan Brazil.
Jurnalis senior Saur Hutabarat berpendapat, dunia kerja di masa datang akan ditentukan kesiapan teknologi dari para calon pekerjanya. Ekonomi kreatif dan kantong-kantong kreativitas akan mewarnai lapangan kerja yang tersedia.
Bangsa ini, ujar Saur, memerlukan sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang mampu berpikir jangka panjang dan memiliki imajinasi yang tidak terbatas, untuk menjawab tantangan zaman yang memerlukan banyak kreativitas.