Apalagi, Yose menambahkan, selama pandemi Covid-19 terjadi perubahan perilaku konsumen yang mempercepat terjadinya digital adoption. Semua sektor dituntut untuk adaptif terkait perubahan tersebut.
Diakui Yose, selama pandemi Covid-19 hampir sebagian besar digital service mengalami kenaikan, baik dari sisi subscriber maupun konsumsi data.
Menyikapi kondisi itu, ungkap Yose, institusinya sudah memulai program transformasi secara serius pada 3-4 tahun lalu dengan berfokus untuk transformasi dari sisi manusia, proses dan teknologi.
Jadi, tegasnya, yang terpenting mengubah orang dari sisi perubahan mindset, budaya perusahaan dan membangun capabilitas, dalam upaya transformasi teknologi digital.
Founder INAmikro, Debbie R. Tampubolon sependapat bahwa yang paling sulit dalam transformasi digital adalah mengubah mindset orang yang akan menjalankan transformasi tersebut.
INAmikro yang berupaya menjembatani bisnis mikro dengan perbankan lewat proses digital, ujar Debbie, juga mengalami kondisi itu.
Sektor usaha mikro dan ultra mikro, diakui Debbie, belum mandiri dalam permodalan.
Kondisi itu, ujarnya, menyebabkan digital fobia dan digital trauma ketika para pengusaha mikro berupaya mengakses modal di luar perbankan.
Sehingga, tambahnya, ketika INAmikro berupaya untuk menjembatani para pedagang pasar dengan perbankan lewat teknologi digital, harus melakukan edukasi satu per satu secara intensif untuk memahami proses permodalan secara digital.
Y20 Indonesia 2022 Delegate Indonesia, Marcel Satria mengungkapkan potensi ekonomi digital akan terus berkembang.
Kalangan muda, menurut Marcel, cukup mendominasi di Indonesia saat ini dengan 60% kelompok milenial dan 28% kelompok gen Z.
Berdasarkan kondisi itu, Marcel menilai, peluang generasi muda untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi digital sangat diharapkan.
Sangat disayangkan, ujar Marcel, dari sisi pemanfaatan ekonomi digital oleh para pekerja Indonesia saat ini masih kurang.
Meski potensi ekonomi digital Indonesia besar, jelas Marcel, namun pergerakan ekonomi digital Indonesia cenderung ke arah konsumtif dan kurang produktif.
Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Ilham Akbar Habibie berpendapat, perlu penguatan hard skill dan soft skill dari generasi muda dalam melaksanakan transformasi digital.