Burhanuddin menjelaskan, berdasarkan survei bagi responden yang menyatakan puas, 27 persen di antaranya karena Jokowi dianggap sukses membangun infrastruktur.
Adapun sebanyak 35 persen responden yang merasa tidak puas dengan kinerja Jokowi, kata dia, alasan utamanya harga-harga kebutuhan pokok meningkat yakni 28,9 persen.
"Apa alasan utamanya? Clear, masalah harga-harga kebutuhan pokok meningkat (28,9 persen). Sebelumnya itu yang paling tinggi, apalagi zaman Covid-19 sedang merajalela, itu adalah Covid-19.
"Setelah Covid-19 mulai bisa terkendali, itu isu yang dianggap penting dan menjadi sumber ketidakpuasan adalah penciptaan lapangan pekerjaan. Sekarang adalah harga kebutuhan pokok meningkat," ungkapnya.
Kemudian, alasan kedua terbanyak yang disampaikan responden, adalah bantuan tidak merata yakni 10,7 persen.
"Kan kita mendengar BLT minyak goreng. Kenapa ada 10,7 % yang menjawab tidak puas alasannya karena faktor ini, mungkin distribusi BLT minyak goreng tidal tepat sasaran.”
“Kedua, jangan-jangan yang menerima BLT minyak goreng tidak terlalu banyak. Tetapi ketika disampaikan secara gegap gempita di media justru menimbulkan kecemburuan," kata Burhanuddin.
Orang yang tidak terima pun merasa tidak puas padahal menurutnya berhak mendapatkan bantuan.
Baca juga: Survei Indikator Politik: Masyarakat Ingin Mafia Minyak Goreng Dituntaskan
Alasan berikutnya, sebanyak 7,4 persen responden mengungkapkan Presiden gagal menangani mafia minyak goreng, sebagaimana yang diberitakan Tribunnews.com.
"Jadi empat isu teratas, tiga di antaranya berkaitan dengan isu minyak goreng. Harga kebutuhan pokok, bantuan tidak merata, dan gagal menangani mafia minyak goreng," kata dia.
Diketahui, survei Indikator Politik ini dilakukan setelah Lebaran 2022, yakni pada tanggal 5-10 Mei 2022.
Survei dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Target populasi survei, yakni warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel sekitar 83 % persen dari total populasi nasional.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) yakni teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.