“Khusus untuk jemaah yang berisiko tinggi, tahun ini kita menggunakan TeleJemaah, untuk mengetahui status kesehatan. Petugas bisa memonitor langsung kepada jemaah, kalau mereka sakit bisa kita segera arahkan ke RS kita yang ada disana,” ujarnya saat melepas PPIH bidang kesehatan, Selasa (31/5/2022).
Kalau ada masalah kesehatan seperti detak jantung meningkat maupun tensi pada jemaah naik, bisa langsung terdeteksi oleh petugas kesehatan.
Sehingga bisa segera ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
“Arahnya promotif preventif, jangan tunggu sakit baru dilayani, kita dorong jangan sampai sakit,” terangnya.
Sekjen berharap melalui upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan selama pelaksanaan ibadah haji 2022. Target pemerintah yakni penurunan angka kesakitan dan angka kematian jemaah haji bisa tercapai.
Sebagai informasi, selama 15 tahun terakhir, angka kematian Jemaah haji Indonesia di Arab Saudi selama ini masih sangat tinggi, yaitu pada kisaran 2 per mil per tahunnya, dengan kuota per tahun sekitar 221 ribu maka sekitar 300-400 jemaah yang meninggal dunia per tahunnya.
Kemenkes menargetkan pada pelaksanaan haji tahun ini, angka kematian turun jadi 1 per mil per tahun.
Puncak Suhu Panas Capai 50 Derajat Celcius
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), Firman M Nur
Lebih lanjut, Firman mengimbau kepada para jamaah haji untuk mewaspadai cuaca panas ekstrem di Arab Saudi.
Disebutkan, suhu dapat mencapai 40-an derajat celcius.
"Ketahuilah, pelaksanaan haji saat ini di masa puncak musim panas. Kondisi saat ini 40, 41, hingga 45 derajat," ujar Firman.
Firman menuturkan, pada pelaksanaan wukuf saat Hari Arafah di bulan Juli mendatang dapat lebih parah. Di mana, suhu bisa menyentuh di angka 50 derajat celcius.
"Tiga hingga 4 minggu ke depan atau puncaknya saat di Arafah bisa 45 sampai 50 derajat," jelasnya dalam diskusi daring, Selasa (31/5/2022).