Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Kartu Prakerja yang diluncurkan sehari setelah pembatasan mobilitas masyarakat 26 bulan lalu, mendapat sambutan positif dalam International Conference on Adult Education ke-7 di Maroko, yang diikuti Negara-negara anggota UNESCO akhir pekan lalu.
Kartu Prakerja dinilai sebagai langkah strategis pemerintah Indonesia menjawab tantangan peningkatan kompetensi, produktivitas, daya saing dan pengembangan kewirausahaan yang terintegrasi dengan skema perlindungan sosial, merupakan inovasi yang positif.
Lewat transformasi digital, Program Kartu Prakerja terbukti berhasil menjadi salah satu penyokong masyarakat di masa pandemi.
Baca juga: Disebut Berhasil oleh Jokowi, Kartu Prakerja Perlu Menyesuaikan Kebutuhan Tenaga Kerja
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan, sebagai program bantuan tunai bersyarat, Kartu Prakerja tidak hanya membantu pekerja terkena PHK dan memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sebelum kembali bekerja, tapi secara umum juga membantu menciptakan wirausaha.
"Insentif yang diberikan setelah mereka menyelesaikan pelatihan, terbukti justru memperkuat daya beli mereka di masa pandemi, karena mayoritas mereka menggunakannya untuk membeli bahan makanan," kata Airlangga yang memaparkan program kartu Prakerja pada sesi utama panel ke-4 dengan tema Preparing Adults For The Future”, kepada para panelis secara daring belum lama ini.
Dalam keterangannya, Rabu (22/6/2022), Airlangga mengatakan, ada sekitar 12,8 juta lebih penerima Kartu Prakerja yang telah terlayani selama 26 bulan pelaksanaan program dan masih berlanjut hingga saat ini dan semuanya dapat diselesaikan melalui smartphone.
Menanggapi pemaparan yang disampaikan Menko Airlangga, Menteri Pendidikan Kepulauan Solomon, Lanelle Olandrea Tanangada mengungkapkan program ini sangat menarik untuk diterapkan di Kepulauan Solomon.
“Program ini menghasilkan rincian spesifik atas persentase berbagai kelompok masyarakat, dan hal ini akan membantu kami mengidentifikasi masyarakat secara individu, tidak hanya di sektor formal, tapi juga mereka yang telah bekerja di sektor lain,” ujarnya.
Baca juga: Kapan Pengumuman Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 33? Ini Cara Cek Hasil Seleksi di prakerja.go.id
Dr. Niamh O'Reilly, CEO, AONTAS, Organisasi Pembelajaran Orang Dewasa Nasional Irlandia, anggota delegasi Negara Bagian Irlandia dari CONFINTEA VII mengatakan bahwa Program Kartu Prakerja telah menjawab tantangan partisipasi pendidikan yang spesifik terhadap kelompok yang terpinggirkan. Program ini menggabungkan tujuan pendidikan, keuangan dan inklusi sosial tanpa mengorbankan kebebasan individu peserta belajar.
“Program ini mampu menghadirkan partisipasi penuh dari mereka yang tidak pernah menghadiri pelatihan, memungkinkan individu untuk mengidentifikasi pilihan pendidikan yang sesuai terkait dengan peluang kerja potensial, sambil mendorong partisipasi melalui dukungan moneter yang mempromosikan literasi keuangan,” katanya.
Senior Adviser (Non-resident), Project on Prosperity and Development Center for Strategic & International Studies (CSIS) Mr. Gabriel Sanchez-Zinny, salut dengan presentasi yang dilengkapi dengan angka, hasil, dan fokus yang nyata pada pencapaian.
“Itulah yang kita butuhkan di bidang pendidikan. Prestasi dan rasa urgensi yang membantu pembelajar, terutama untuk yang membutuhkan,” ujar mantan Menteri Pendidikan Buenos Aires, Argentina ini.
Seperti diketahui Program Kartu Prakerja merupakan gagasan Presiden Joko Widodo, dimana waktu diluncurkannya bertepatan saat menghadapi awal merebaknya Covid-19 di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2020.
Program aplikasi on-demand berbasis web ini menarik minat keikusertaan jutaan warga yang kehilangan pekerjaan terutama mereka yang berada di kelas bawah, misalnya pekerja pabrik dan pekerja sektor informal, seperti pengemudi ojek dan pedagang kaki lima yang kehilangan pelanggan di tengah krisis pembatasan mobilitas nasional.
Direktur UIL UNESCO, Dr. David Atchoarena mengatakan UNESCO menyambut baik partisipasi Indonesia dalam ajang CONFINTEA.
Melalui berbagai inisiatif yang dilakukan Indonesia di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pelatihan di G20.
“Sangat menarik bagi kita untuk mempelajari apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan program skala besar, khususnya dalam menjawab tantangan yang dihadapi terkait dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja, pekerja, dan ekonomi di Indonesia secara umum, dengan Kartu Prakerja.
Negara-negara anggota dapat mengacu pada pengalaman Indonesia untuk lebih memperkuat kebijakan dan keterlibatan mereka dalam pendidikan sebagai dasar SGD 4,” papar David kepada delegasi Indonesia.
Di hari terakhir konferensi (17/6), delegasi Indonesia diundang secara khusus oleh UNESCO dalam inter-ministerial meeting bersama negara Brazil, Jepang, Jerman dan Maroko. Dengan suksesnya pelaksanaan Program Kartu Prakerja ini, UNESCO meminta Indonesia untuk lebih berpartisipasi mengambil peran strategis untuk membantu negara-negara anggota UNESCO, khususnya menjadi bagian dalam Monitoring Committee of the Marrakech Framework for Action.