Ketiga hal tersebut hendaklah diinternalisasi secara mendalam, terutama pada proses pendidikan, baik pada jenjang dasar hingga pendidikan tinggi.
Ganefri juga menekankan penyelarasan nilai-nilai Pancasila pada pendidikan akan mampu memberikan unsur penting ketahanan nasional, melalui warisan budaya dan kearifan lokal.
Nilai moral nusantara yang luhur, akan menjadi jiwa bangsa dan pada akhirnya akan membentuk karakter, persatuan dan kesatuan.
"Tidak hanya hari ini, namun juga pada masa generasi muda mencicipi masa keemasannya. Penanaman budaya dan nilai-nilai Pancasila tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran bangsa dan ketahanan nasional, sehingga mampu menjadi benteng pertahanan terhadap berbagai kemerosotan moral dan nilai yang menerpa bangsa kita," tegas Ganefri.
Sementara Hasto Kristiyanto memaparkan teori geopolitik Soekarno dan temuannya berdasarkan hasil disertasinya di Universitas Pertahanan.
Dia menekankan pemimpin nasional harus memiliki pemahaman terhadap geopolitik Indonesia, khususnya memiliki cara pandang outward looking.
Hasto memaparkan bagaimana hal itu sudah pernah dibuktikan Proklamator dan Presiden Pertama Soekarno.
Saat itu, atas perjuangan Bangsa Indonesia, bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair, merdeka karena campur tangan Indonesia.
"Bahkan ketika Pakistan berjuang melawan Inggris, Indonesia mengirimkan angkatan perangnya. Atas upayanya tersebut, pada tahun 1965, Bung Karno mendapat gelar sebagai “Pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa islam” melalui Konferensi Islam Asia Afrika," urai Hasto.
Menurut Hasto, spirit kepemimpinan Indonesia sebagai bangsa besar di tengah dunia ditunjukkan oleh Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.
"Ketika mengutuk aksi sepihak Amerika Serikat terhadap Irak, dan menegaskan bahwa agar persoalan terorisme karena ketidakadilan masalah Palestina," kata Hasto.
Kepemimpinan Indonesia di tengah dunia di masa Presiden Jokowi juga tampak dalam doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia.
"Yang menempatkan wilayah kelautan sebagai halaman depan dan merubah paradigma pembangunan menjadi Indonesia sentris," imbuh Hasto.