TRIBUNNEWS.COM - Ras Melanesia disebutkan dalam buku berjudul “Diaspora Melanesia di Nusantara”.
Pusat ras Melanesia berkembang di Nusantara, Melanesia Barat, dan Australia.
Ras Melanesia Barat, khususnya di wilayah pulau besar, tersebar di Papua dan Papua Nugini.
Profesor Harry Truman Simanjuntak seorang Arkeolog senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mengatakan ketiga ras tersebut mendominasi Indonesia hingga 80 persen, dikutip dari Kemdikbud.
Ketiga ras Melanesia masih berada dalam satu rumpun, sejarah dan budaya yang masih dihidupkan sampai saat ini.
Misalnya, sejak ribuan tahun lalu, sudah ada interaksi di antara mereka, jika dilihat dari peninggalan-peninggalan atau bukti-bukti arkeologi.
Baca juga: Dubes RI: UAS Ditolak Masuk ke Singapura karena Dikhawatirkan Ganggu Kerukunan Antar Ras dan Agama
Peninggalan ras Melanesia di Papua Nugini menyebar hingga Maluku, Maluku Utara, dan wilayah di sekitar itu.
Menurut Harry, perkembangan ras Melanesia di Australia sudah ada dan berkembang sejak 50.000-60.000 tahun lalu.
Bukti adanya ras Melanesia di Papua sudah ditemukan buktinya sejak 45.000 tahun lalu.
Sementara di Indonesia, bukti peninggalan sejarahnya pun sudah ditemukan sejak 45.000-50.000 tahun lalu.
Asal usul Ras Melanesia
Baca juga: Milenial Ikut Ciptakan Destinasi Wisata Budaya Baru di Labuan Bajo
Ras Melanesia disebut juga Melanesoid, yang berasal dari bahasa Yunani melano (gelap) dan soid (penampilan).
Melanesia datang ke Indonesia pada 70.000 tahun SM di penghujung zaman es, dikutip dari Kompas.
Sejak sekitar paruh kedua Pleistosin Atas telah dimulai dinamika kehidupan populasi Melanesia di Nusantara dan kawasan Pasifik.