Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kondisi Istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Putri Ferdy Sambo setelah insiden polisi baku tembak polisi antara Brigadir J dan Bharada E terungkap.
Adalah Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia Novita Tandry yang mengungkap kondisi Putri Ferdy Sambo.
Dikatakan jika Putri Ferdy Sambo secara fisik korban terlihat baik dan sehat, namun secara psikologis Putri mengalami guncangan yang cukup berat.
Baca juga: Momen Irjen Ferdy Sambo Peluk Kapolda Metro di Tengah Kasus Penembakan, Irjen Fadil: Berikan Support
"Selama proses pendampingan nangis terus. Tingkat depresinya sedang ke berat. Dan memang kelihatan sekali setelah kejadian apalagi perempuan diposisi itu, saksi juga korban tentu terguncang sekali, sebagaimana manusia normal," ujar Novita saat dihubungi Tribunnews.,com, Kamis (14/7/2022).
Novita memaparkan, rentetan peristiwa mulai penodongan pistol, pelecehan seksual, hingga baku tembak yang mengakibatkan Brigadir J tewas membuat ibu dari empat orang anak ini shock, terus menangis, dan juga mengalami kesulitan tidur.
"Karena kan mendengar, melihat kejadian langsung ya tembak menembak. Membuatnya trauma, shock enggak bisa tidur, tentu sangat terguncang sekali," imbuh Novita.
Baca juga: Usai Tragedi Polisi Tembak Polisi, Psikolog: Psikis Istri Kadiv Propam Ferdy Sambo Tidak Stabil
Selama proses pendampingan pun ujar Novita, istri jenderal bintang dua itu masih menunjukkan kondisi yang belum stabil dan sulit berkonsentrasi, sehingga keterangan yang disampaikan belum detail.
"Saat memberikan keterangan masih terbata-bata, menangis terus. Jadi belum bisa mendetail," imbuhnya.
Novita mengatakan, korban sangat membutuhkan perhatian untuk dapat pulih dari rasa trauma yang dialami.
Selain pada korban, proses pendampingan juga dilakukan kepada anak dan suami korban.
Baca juga: CCTV Trending di Twitter, Tanpa Rekaman, Baku Tembak di Rumah Irjen Ferdy Sambo Bak Misteri
"Fokus saya adalah bagaimana memulihkan dia (korban) sebagai istri, sebagai ibu dari empat anaknya. Jadi pendampingan tidak hanya pada ibu, tetapi juga pada anak-anaknya. Karena, anak-anak masih sekolah, dan juga ada yang masih balita," terang Novita.
Ia memaparkan, seorang korban akan menjalani tahapan pemulihan dari trauma yang disebut DABDA, yakni Denial (Penyangkalan), Angry (Marah), Bargaining (Tawar-menawar), Depression (Depresi), dan Acceptance (Penerimaan).
Adapun waktu proses pemulihan sangat tergantung pada kondisi korban.