Irma Hutabarat, yang merupakan Ketua Komunitas Civil Society Indonesia, merasa sesak ketika mengingat kondisi ibunda Yosua Hutabarat.
Mama dari Brigadir Yosua, ucapnya, menangis tak berhenti hingga air matanya habis.
Baca juga: Keluarga Brigadir J Sikapi Pengakuan Putri Candrawathi Soal Korban Asusila: Rekayasa Kelompok Sambo
"Saya sesak kalau ngomongin tentang ibunya. Dia yang menanti-nanti kesaksian dari Putri," ujar Irma.
Pun Irma menyebut Putri Candrawathi istri Ferdy Sambo tidak memiliki empati pada keluarga Yosua.
Menurutnya, soal hukum, Putri Candrawathi bukan orang bodoh.
"Putri tidak bodoh. Dia dokter gigi, nyonya jenderal bintang dua, dia tahu soal hukum, tahu konsekuensinya. sekarang hatinya saja, terketuk nggak hatinya," ungkapnya.
Dia menyimpulkan setidaknya untuk sekarang ini, Putri tidak punya hati sebagai seorang ibu sekaligus perempuan, dan tidak sama sekali mampu merasakan empati pada Ibunda Yosua.
"Tidak sama sekali mampu merasakan empati pada Ibunda Yosua yang menangis sampai habis air matanya.
Saya memeluk dia waktu ke Jambi. Mana tanggungjawabmu Putri, itu yang dia bilang," kata Irma dengan lirih.
Selanjutnya, Irma Hutabarat mengungkapkan nyawa Brigadir Yosua diambil oleh kekuasaan.
"Bukan hanya nyawa, barang bukti dihapuskan. Pada 8 Juli Yosua dibunuh, 13 Juli dipanggil komisi-komisi (lembaga negara)," kritiknya.
Dia pun meminta agar semua pihak berhentilah berpura-pura, berhenti membuat semua rakyat Indonesia ini geram.
"Ada perempuan yang sangat menderita, yang tidak pernah dibahas di parlemen, di komisi maupun kepolisian.
Baca juga: Kapolri Sebut Pemberkasan Perkara Ferdy Sambo Terkait Kematian Brigadir J Memasuki Babak Akhir
Negara ini harus punya sistem untuk bisa melayani mengayomi orang yang tidak punya kuasa," tuturnya.