Alat ini akan memiliki beberapa sensor yang ditempelkan ke beberapa tempat di tubuh orang yang sedang ditanya, untuk mendeteksi kondisi kulit, detak jantung, dan pernapasan.
Ketika menjawab sebuah pertanyaan, reaksi psikologis yang muncul tanpa disadari sesungguhnya mempengaruhi cara kerja organ tubuh yang ada.
Sehingga, sensor dapat mendeteksi apabila ada perubahan yang abnormal dari tubuh Anda. Hasil tracking mengenai tubuh Anda pun akan langsung tertera pada sebuah kertas grafis.
Baca juga: Telusuri Dugaan Pelecehan Seksual Putri Candrawathi, Komnas HAM: Kalau Perlu Pakai Lie Detector
Lie Detector memiliki tiga jenis sensor
Pertama, Sensor Pneumonograph. Berfungsi mendeteksi detak napas yang ditempel di dada dan perut. Sensor ini berkerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tubuh.
Kedua, Blood Pressure Cuff. Sensor ini fungsinya untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan darah dan detak jantung.
Sensor kabel ini ditempelkan pada bagian lengan. Cara kerjanya dideteksi lewat suara denyut jantung atau aliran darah.
Ketiga, Sensor Skin Resistance. Fungsinya untuk melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan.
Kabel sensor ini umumnya juga ditemplekan pada jari-jari tangan, sehingga tahu seberapa banyak keringat yang keluar ketika seseorang sdang dalam keadaan terpojok dan berbohong.
Meskipun fungsinya terlihat sudah optimal, ternyata masih belum bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Penyebabnya adalah karena yang dideteksi merupakan perubahan psikologi, apabila yang sedang ditanya memang sedang tidak fokus atau terkejut secara tak sadar, maka bisa saja dideteksi sebagai sebuah kebohangan.
Apakah efektif hasil uji Lie Detector? Dilansir dari https://hellosehat.com, dijelaskan bahwa pemeriksaan melalui Lie Detector umumnya akurat hingga 90 persen.
Tapi ini belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Pasalnya, alat ini hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis ketika Anda mengucapkan sesuatu.