Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi.
Sebagai contoh pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi yang dinamakan juga revolusi industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi.
Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.
6. Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi.
Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi.
Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang.
Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor.
Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
7. Pertumbuhan Ekonomi Merosot selama Dua Kuartal Berturut-turut
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara.
Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat.
Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
Baca juga: Pengamat Sebut Kenaikan Harga BBM Tak akan Picu Resesi di Indonesia