Di tahun 1995, Niluh Djelantik mendapatkan pekerjaan profesional pertamanya sebagai operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss.
Sudah bisa berpenghasilan membuat Ni Luh Djelantik teringat hasratnya ingin memiliki sepatu yang pas di kaki.
Ni Luh Djelantik kerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dalam rangka mengadvokasi para korban dugaan penipuan PMI (Pekerja Migran Indonesia)
Saat ini, Ni Luh Djelantik dan LBH tengah melakukan pemberkasan dari 350 korban tersebut.
Akhir tahun 2001, Ni Luh Djelantik kembali ke Bali dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan fesyen Paul Ropp milik pengusaha Amerika Serikat.
Saat itu Niluh Djelantik dipercaya memegang kendali sebagai Direktur Marketing dan membuat Paul Ropp berkembang pesat.
Di tahun 2002, penjualan naik hingga 330 persen, butik pun bertambah hingga 10 lokasi.
Namun di tahun 2003 Niluh Djelantik meninggalkan pekerjaannya sebagai marketing karena dalam rangka ekspansi perusahaan.
Singkat cerita, setelah meninggalkan pekerjaan dan kembali ke Bali, ia pun memberanikan diri untuk melahirkan produk sepatu bernama 'NILOU' di kawasan Kerobokan.
Nama 'NILOU' terbentuk dari slang lafal Niluh di lidah bule dan menciptakan peluang bertemu dengan Cedric Cador.
Namun, cobaan datang karena nama mereka NILOU yang sudah mendunia ternyata sudah didaftarkan oleh pihak lain yang memaksa Niluh Djelantik membunuh mereka NILOU.
Tahun 2008, Ni Luh Djelantik bangkit dengan membangun lagi usahanya dan memproduksi sepatu bermerek 'Niluh Djelantik'.
Pada tahun 2011, merek 'Niluh Djelantik' telah menembus Global Switzerland yang merupakan sebuah retailer terkemuka di Eropa.
Tak hanya itu, juga membentuk kerjasama dengan retailer terkemuka untuk membuka 'Niluh Djelanti' di Rusia.