Pengecekan dilakukan mulai dari pengalaman di pemerintahan hingga apakah Anies terkait dengan alat negara asing. Hasilnya, kata Paloh, tak ditemukan hal negatif di dalam diri Anies.
"Kita cek lagi apa latar belakangnya, ini jangan-jangan ada enggak masalah utama, yang bisa barangkali merusak masa depan bangsa ini," kata Surya Paloh.
"Kalau kita beri kesempatan dia (Anies) menjadi pemimpin negeri, kita coba, coba kita cek, kita coba beriqtiar, kita lakukan pengecekan, ah nggak ada.
Apa dia menjadi alat negara asing, nggak ada juga dalam pemahaman kita. Jadi apa yang salah. Oh nggak ada yang salah, cuman enggak disukai aja," sambungnya.
Paloh mengatakan bahwa ketidaksukaan terhadap sosok Anies hanya pada faktor suka tidak suka, bukan terkait rekam jejaknya.
Baca juga: Anies-AHY Semeja dengan SBY-JK dan Surya Paloh, NasDem Pastikan Tidak Bicara Cawapres
Paloh pun mengungkapkan bahwa ada hal yang menyentuh kalbunya sebagai ketua umum partai.
Di mana, ada rasa keadilan yang menggugah untuk mendukung Anies. Ia juga meyakini bahwa dukungan kepada Anies merupakan komitmen Partai NasDem untuk mempersatukan bangsa, merealisasikan komitmen kebangsaan, kemajemukan hingga prulalisme di Indonesia.
"Persatuan dan kesatuan tidak hanya sekedar, retorika, ucapan semata-mata, coba aplikasikan, implementasikan," ucap Paloh.
"Maka inilah momentum kita mengempelementasikan. Karena kita yakin kalau atas dasar ketidaksukaan dengan pikiran-pikiran yang menyatakan nantinya, semangat kebangsaan kita, toleransi kita berubah menjadi intoleran dari orang seperti Anies Baswedan ini," jelasnya.
Paloh juga sempat menyinggung soal munculnya cap terhadap partainya saat menentukan sikap politik.
Ia mengingat momen saat Partai NasDem mendukung Basuki Tjahja Purnama atau Ahok di Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017.
Saat itu, NasDem dicap sebagai partai penista agama. Paloh menyebut cap terhadap partainya soal penista agama turut mengusik dirinya.
Pasalnya, Paloh menyebut bahwa dirinya dididik oleh orangtuanya sebagai seorang muslim yang taat.
"Saya mengalami pengalaman pemilu lalu dianggap partai penista agama. Saya dididik dengan kemusliman saya dengan keimananan dengan keyakinan saya, terbayang wajah almarhumah ibu saya, orang tua saya," kata Paloh.