Sehingga pemberdayaan ekonomi kerakyatan, keumatan dan berkeadilan dapat tersampaikan dengan baik melalui film “Santri United” ini sesuai dengan tema “Santri Berdaya untuk Indonesia Sejahtera".
Selain itu, Mirna Paramitha selaku produser film Santri United menuturkan, film ini menceritakan mengenai harapan, cinta dan persahabatan.
"Kita akan berbicara tentang perbedaan ras. Jadi perbedaan dari beberapa etnis tidak hanya agama dengan berlatang belakang santri," ungkapnya.
Terkait lokasi syuting ada di tiga tempat yakni di Alor, NTT dan Lasem, Rembang serta Tarutung dan Danau Toba, Tapanuli Utara.
"Kita sudah riset dulu untuk development di tiga kabupaten untuk bertemu para santri yang ada di Lasem dan juga bertemu dengan Gus Zaim sebagai pengasuh pondok pesantren Kauman Lasem,” tambah Mirna lagi.
Produksi film akan memakan waktu lebih dari 8 bulan dimulai dengan pre-production. " Setelah pre-production selanjutnya tahap penulisan skenario, casting dan dan cek lokasi, serta pemilihan kru. Selanjutnya bulan Maret dan April kita akan mulai proses produksi dan post production selama tiga bulan."
Mirna berharap dengan film yang juga melibatkan para santri ini nantinya membuka santri-satri muda dan para pemuda untuk berfikir terbuka dan menerima suatu perbedaan sehingga bahkan dijadikan modal maju bersama.
"Seperti yang sudah disampaikan wakil presiden tadi mengenai mufakat dan kita juga berbicara tentang mimpi dan cita-cita dari santri itu kedepannya mau jadi apa sih?. Tidak sekonyong-konyong harus jadi guru mengaji saja tapi juga bisa memberdayakan masyarakat," tungkas Mirna.