TRIBUNNEWS.COM - Mengenal Taman Hutan Raya Ngurah Rai di Bali yang menjadi lokasi kunjungan para pemimpin negara dan peserta KTT G20.
Diketahui Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang para pemimpin negara dan peserta KTT G20 ke Taman Hutan Raya Ngurah Rai hari ini, Rabu (16/11/2022).
Taman Hutan Raya Ngurah Rai adalah kawasan bertipe hutan payau yang berfungsi mencegah abrasi yang mengancam Bali.
Ini adalah satu-satunya kawasan taman hutan raya yang dimiliki oleh Pulau Dewata itu.
Dikutip dari menlhk.go.id, kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, berada di pusat pertumbuhan bisnis dan pariwisata Bali.
Tahura Ngurah Rai berada di tengah kawasan wisata utama yaitu: Nusa Dua, Sanur, dan Kuta.
Baca juga: Presiden Jokowi Terkejut dengan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali yang Banyak Perubahan
Kawasan Tahura Ngurah Rai terdiri atas 1.132 hektar hutan mangrove, 49,35 hektar hutan terbuka, 16,27 hektar pemukiman, dan 144 hektar tumbuhan air.
Secara administratif wilayah Tahura Ngurah Rai terletak di Teluk Tanjung Benoa dan sekitarnya.
Potensi Wisata Taman Hutan Raya Ngurah Rai
Lingkungan alam di kawasan Tahura Ngurah Rai memiliki potensi keindahan alam dan keanekaragaman hayati berupa hutan mangrove.
Hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai beragam dan kaya larva biota laut.
Keberadaan hutan mangrove yang luas dapat menjadi tempat tinggal bagi hewan darat maupun air.
Kawasan ini menjadi penting untuk dipertahankan secara ekologis.
Tahura Ngurah Rai juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata alam rekreasi, wisata pendidikan, dan penelitian dalam pembangunan ekonomi.
Beberapa potensi wisata alam yang dapat dimanfaatkan di Tahura Ngurah Rai antara lain:
1. Wisata rekreasi dan olah raga
Seperti kayaking dan canoying, mengamati burung, camping, tracking, hiking, serta memancing.
2. Wisata pendidikan dan penelitian
Pengenalan ekosistem hutan mangrove, permainan di alam terbuka, pengenalan flora dan fauna, melacak satwa
3. Wisata kesehatan
Rehabilitasi, terapi, meditasi
4. Pengembangan diri
Outbound dan peningkatan kemampuan profesi
Jika pengunjung berada di menara pandang, sejauh mata memandang adalah pohon bakau dan rumah bagi burung-burung yang bersarang.
Perahu yang disediakan disana dapat disewa dengan membayar Rp 200 ribu, untuk dapat melihat lebih dekat kehidupan flora dan fauna di sana.
Baca juga: Keberadaan Hutan Mangrove Meminimalisir Dampak Kerusakan Imbas Gelombang Tinggi
Sejarah Wilayah Taman Hutan Raya Ngurah Rai
Kawasan Tahura Ngurah Rai ditetapkan menjadi hutan tertutup oleh Belanda sejak tahun 1927 hingga mengalami beberapa kali perubahan status.
Lalu diterbitkanlah Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 888/Kpts-II/92 tanggal 8 September 1992.
Keputusan itu menetapkan kawasan itu sebagai Taman Wisata Alam Prapat Benoa Suwung.
Kemudian saat ini dikenal dengan nama Tahura Ngurah Rai.
Baca juga: Presiden Jokowi: Hutan Mangrove Bentuk Komitmen Indonesia dalam Perubahan Iklim
Taman Hutan Raya Ngurah Rai jadi agenda kunjungan peserta KTT G20
Dikutip dari Indonesia.go.id, melihat peran pentingnya Tahura Ngurah Rai yang menjadi konservasi pesisir dan pariwisata berkelanjutan, Presiden Jokowi meminta kementerian terkait untuk membantu penataan ulang kawasan tempat berkembang biaknya flora dan fauna itu.
Hal itu berkaitan dengan Pulau Bali yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negera-negara G20.
Penataan ulang yang dilakukan meliputi pembangunan gerbang masuk, area drop off, wantilan, tracking mangrove, dan area pembibitan dan persemaian yang mampu menampung 6 juta bibit bakau.
Kemudian membangun area penerima di antaranya area lobby, ticketing, dan kantor penerima.
Serta menambah menara pandang khususnya ke arah Teluk Benoa, dan penataan area parkir VVIP khusus kepala negara di atas lahan seluas 2,6 hektar di sekitar Waduk Muara.
Jokowi mengundang para pemimpin negara peserta KTT G20 untuk mengunjungi tempat ini adalah untuk memperlihatkan kepada dunia kepedulian Indonesia kepada pelestarian lingkungan.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)