Koalisi yang rencananya dideklarasikan pada 10 November lalu batal, karena kebuntuan antara tiga partai politik yang berencana mengusung Anies sebagai calon presiden. Demokrat dan PKS mengusulkan tokohnya masing-masing sebagai calon wakil presiden pendamping Anies.
Demokrat menginginkan figur ketua umumnya Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan Anies, di mana AHY relatif moncer dalam berbagai survei. PKS menyorongkan mantan gubernur Jawa Barat dua periode Ahmad Heryawan sebagai cawapres Anies.
Di antara ketiga partai pengusung Anies, Demokrat menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan elektabilitas. Nasdem yang sebelumnya anjlok di bawah parliamentary threshold 4 persen belum beranjak, masih bertahan pada elektabilitas 1,9 persen.
“Ketiga partai tentu menginginkan bisa meraih coattail effect dari pengusungan Anies sebagai capres maupun figur cawapres yang mendampinginya,” tandas Okta.
Koalisi Perubahan paling agresif dalam menggulirkan capres-cawapres dibanding koalisi dan partai-partai lain.
Gerindra yang mengusung Prabowo secara resmi belum mengumumkan capres-cawapres yang bakal diusung bersama PKB. Demikian pula dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dipimpin Golkar, atau PDIP sekalipun, masih terlihat sabar, tidak bersikap terburu-buru.
“Hanya PSI yang telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres,” ujar Okta.
Sejauh ini belum ada partai ataupun koalisi lain yang secara resmi mengusung Ganjar, meskipun dukungan terhadap Ganjar terus menguat di sejumlah partai.
Golkar yang memiliki elektabilitas paling tinggi dibanding partai-partai lain di KIB masih berupaya mengusung ketua umumnya, Airlangga Hartarto. Partai-partai anggota KIB lainnya masih berada di bawah PT 4 persen, yaitu PAN (2,8 persen) dan PPP (2,0 persen).
“Langkah PSI paling awal mendukung Ganjar bisa menjadi terobosan bagi partai-partai lain seperti Golkar (KIB) dan PDIP untuk mempertimbangkan figur gubernur Jawa Tengah tersebut sebagai capres,” tandas Okta.
Pada 14 Desember 2022, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan sebanyak 17 partai lolos menjadi peserta pemilu, termasuk sejumlah partai baru dan non-parlemen, di antaranya Perindo (1,7 persen) dan Gelora (1,1 persen).
Partai Ummat yang dinyatakan tidak memenuhi syarat masih mendulang dukungan sebesar 0,8 persen. Lalu ada Hanura (0,6 persen), PBB (0,3 persen), pilihan lainnya 1,5 persen, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 25,3 persen.
Baca juga: Survei: Ganjar-Prabowo-Anies Tiga Besar Capres 2024, Elektabilitas Gubernur Jateng 24,1 Persen
Survei CPCS dilakukan pada 1-8 Desember 2022, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.