“Itu adalah pengalaman internasional pertama saya. Meski tidak berhasil meraih medali, tapi saya puas bisa masuk delapan besar,” kata Maikhel.
Keberangkatannya ke Budapest, berkat jasa manajernya, Wolter Rumsori. “Beliau banyak membantu karier saya di ring tinju.
Pak Wolter Rumsori pula yang membawa saya dari Ambon ke Jakarta,” tambahnya.
Sejak mengenal boxing glove, tekadnya bulat menuju olimpiade.
Ia prihatin, sudah empat olimpiade, Indonesia tidak bisa mengirim atlet tinjunya.
Terakhir kali Indonesia meloloskan petinjunya pada Olimpiade Sydney tahun 2000, atau 22 tahu silam.
Doktrin Ayah
Terlahir dengan nama Mikhael Gerarrd Muskita, ia adalah anak tunggal pasangan Yohannes Muskita dan Henderjeta Mattruty.
Ibunya wafat saat ia masih balita. Ia pun dibesarkan oleh sang ayah di kampung Aer Jatuh-Jatuh, Kelurahan Batu Gajah, Kecamatatn Sirimau, sekitar 15 km dari kota Ambon.
Sebelum ia lahir ke dunia, ayahnya adalah petinju yang bernasib malang.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, nasib nahas menimpa Yohannes muda.
Dalam sebuah tragedi tak diundang, tangan kanannya putus terkena sabetan parang di kampung Musik Tuni, Ambon.
Saat peristiwa nahas itu terjadi, nama Yohannes Muskita kesohor di Ambon sebagai salah satu petinju amatir masa depan.
Jika nasib malang tidak menimpanya, ia diperhitungkan bakal merajai ring tinju era 90-an.