Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Tahun 2022 adalah tahun yang kelam bagi Sepakbola tanah air, bahkan dunia.
Bagaimana tidak, lebih dari 700 orang menjadi korban kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan, Malang usai laga Arema FC Vs Persebaya pada lanjutan Liga 1 yang berlangsung Sabtu 1 Oktober 2022.
Baca juga: Kuasa Hukum Korban Tragedi Kanjuruhan Beberkan 3 Fakta Irjen Nico Afinta Layak Disidang Etik
Dari jumlah tersebut sebanyak 135 diantaranya meninggal dunia.
Peristiwa yang kemudian disebut tragedi Kanjuruhan itu berawal dari merangsaknya penonton ke dalam lapangan usai pertandingan berkahir.
Pertandingan yang digelar pada pukul 20.00 WIB tersebut sebenarnya berjalan lancar. Situasi mulai tak terkendali setelah wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan dengan hasil kemenangan tim tamu Persebaya dengan skor 3-2.
Langkah penanganan yang dilakukan aparat dengan menembakan gas air mata disebut menjadi pemicu paniknya supporter yang kemudian berdesak-desakan ke luar stadion. 11 aparat diidentifikasi melakukan penembakan gas air mata, yang sebagian diantaranya diarahkan ke tribun penonton.
Tembakan tersebut menyebabkan kondisi semakin chaos. Kepulan asap, orang berlarian dan teriakan histeris menyelimuti stadion Kanjuruhan pada malam nahas itu. Jasad para supporter ditemukan di sejumlah pintu masuk yang sebagian besar berada di pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13 stadion.
Baca juga: Piala AFF 2022: Pesan Tragedi Kanjuruhan Disuarakan di Laga Timnas Indonesia vs Kamboja
Berdasarkan hasil investigasi, banyaknya korban meninggal, karena lebih dari 20 menit berdesak desakan di pintu ke luar stadion. Di satu sisi, pintu ke luar stadion sangat sempit karena belum sepenuhnya terbuka. Korban meninggal disebabkan oleh patah tulang, trauma, kepala retak, dan asfiksia.
Banyaknya korban membuat tragedi Kanjuruhan masuk ke dalam dua besar bencana Sepak Bola paling dahsyat di dunia, setelah tragedi Estadio Nacional di Peru yang memakan korban 328 jiwa. Setelah Kanjuruhan, kemudian ada tragedi Ghana pada 2001 lalu yang menewaskan 126 orang.
Tragedi Kanjuruhan kemudian mendapat sorotan tidak hanya di dalam negeri melainkan juga luar negeri. Media internasional banyak memberitakan kejadian kelam tersebut.
Baca juga: Kejagung Belum Temukan Niat Jahat Eks Dirut PT LIB di Kasus Tragedi Kanjuruhan
Presiden FIFA Gianni Ifantino langsung menyampaikan belasungkawa sehari pasca peristiwa. Menurutnya tragedi tersebut merupakan peristiwa yang sangat kelam.
"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada masa yang sulit ini," katanya dikutip dari situs resmi FIFA, (2/10/2022).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian memberikan perhatian serius terhadap Tragedi Kanjuruhan. Presiden berharap Tragedi Kanjuruhan menjadi yang terakhir dalam sepak bola di Indonesia.