Menurut Dedi Prasetyo, Anton Gobay pernah menempuh pendidikan di Asia Aviation Academy (AAA) selama tiga tahun.
Meski demikian, belum diketahui apa yang dilakukan Anton Gobay selepas lulus dari AAA.
“AG pernah mengenyam pendidikan penerbang di perusahaan Asia Aviation Academy (AAA) dari tahun 2015 dan lulus tahun 2018,” ungkap Dedi, Kamis, dikutip dari TribunPapua.com.
“Sampai dengan tertangkapnya baru ditemukan adanya ID bahwa AG pernah bekerja di perusahan maskapai Topflite,” tambahnya.
Anton Gobay diketahui memiliki seorang istri dan dua anak yang bertempat tinggal di Jayapura, Papua.
Baca juga: Anton Gobay Jalani Proses Hukum Soal Kepemilikan Senjata Api Ilegal di Filipina
Menurut Dedi, istri Anton Gobay berprofesi sebagai perawat.
"AG memiliki istri yang bekerja sebagai perawat dan dua anak yang tinggal di Jayapura," kata Dedi.
Sekitar sembilan tahun lalu, Anton Gobay pernah ditetapkan sebagai tersangka karena terindikasi mengikuti rapat koordinasi pengesahan Tentara Pembebasan Negara Papua Barat.
Ia diamankan bersama belasan tersangka lainnya pada 2014 silam, setelah mengikuti pelantikan Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Komando Daerah Operasi Hans Rikard Joveni.
Mereka adalah delegasi dari beberapa kabupaten, yakni Nabire, Paniai, dan Yalimo.
”Identitas para tersangka adalah Zeth Demotekay, Filemon Yare, Losedek Loko, Herman Siep, Alpinus Pahabol, Mathius Young, John Dokopa, Kat Mabel, Tabi Loko, Yos Watei, Enos Hisage, Nius Alom, dan Anton Gobay,” kata Kepala Bidang Humas Polda Papua kala itu, Kombes Sulistyo Pudjo, pada Senin (18/8/2014).
Selain itu, Anton Gobay juga mengaku pernah mengikuti acara pertemuan di Papua Nugini untuk membahas pergerakan Papua Barat.
Ditambah, dirinya juga mengatakan menjadi salah satu pendiri gerakan komunal untuk wilayah Vanimo di Papua Nugini.
Tak hanya soal penyelundupan senpi ilegal, polisi juga tengah mendalami hubungan Anton Gobay dan Gubernur Papua, Lukas Enembe.