News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Artis Akan Mendulang Suara untuk Parpol adalah Mitos yang Sulit Diwujudkan, Begini Kata Adi Prayitno

Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menggaet artis atau tokoh publik masuk ke politik dinilai bisa menguntukkan partai politik dari segi elektoral.

Pasalnya, mereka para artis memiliki jumlah pengikut yang cukup banyak dan dari segmen yang luas.

Namun, ada anggapan bahwa menggaet artis masuk partai dan menjadi calon anggota legislatif (caleg) partai tersebut membutuhkan biaya besar.

Partai harus mempersiapkan biaya besar agar artis tersebut mau mempromosikan dan mengkampanyekan.

Timbal baliknya, artis itu akan menjadi vote getter bagi parpol yang mengusung.

Lewat popularitas sang artis, partai disinyalir bakal mendulang suara besar saat Pemilu.

Namun, hanya partai-partai besar dan memiliki dana besar yang bisa dan bakal mengaet para artis terjun ke politik.

Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor mengatakan jika artis banyak diambil oleh partai-partai besar.

Karena akan ada iming-imung dibantu dari segi pembiayaan.

Apalagi, kata Afriansyah, melalui sistem Pemilu proporsional terbuka, sangat membuka peluang para
influenser dan artis meraup suara yang besar, apalagi dia artis papan atas.

"Sementara sistem terbuka membuat berat partai yang biasa kecil karena tidak punya biaya atau
anggaran," kata Afriansyah saat dihubungi, Jumat (10/2).

Maka, dia menegaskan bahwa partai pimpinan Ketua Umum Yusril Ihza Mahendra itu bakal memajukan kader sendiri yang telah dididik secara politik.

"Tapi kalau ada artis mau gabung secara sukarela kami juga ada pendidikan pembekalannya juga
sebagai kader," ungkapnya.

Afriansyah juga tak menampik jika menggaet artis sangat menguntungkan jika bergabung ke partai.

Tetapi, akan ada cost biaya yang besar yang harus disiapkan partai.

Maka, melihat realita dan kondisi di internal partai, Afriansyah menyebut partainya tak bisa
membiayai para artis untuk bergabung dan menjadi caleg di PBB.

"Kami ada, tapi tidak bisa membiayai mereka sehingga sulit buat mereka mau gabung ke PBB," ucap Afriansyah.

Pasang Artis Jadi Strategi Parpol

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa dalam politik klasik ada bandwagon effect.

Di mana tokoh dengan pengikut yang cukup besar miliki peluang menarik pengaruh ke partai politik.

"Inilah yang dimanfaatkan partai, dan itu bagian dari strategi," kata Dedi Kurnia.

Dedi menambahkan, pemanfaatan tokoh populer adalah cara lama dalam politik. Tidak saja di
Indonesia, tapi di banyak negara.

Bagi situasi politik Indonesia cukup signifikan, hal tersebut bisa lihat lebih banyak selebritis yang duduk di parlemen karena faktor popularitas.

Dan, itu telah menambah suara bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan partai lain pengguna selebritis.

Meski demikian, Dedi menyebut bahwa masyakarat pada dasarnya tidak tertarik dengan partai
politik.

Namun, hadirnya para tokoh publik bisa menjadi daya tarik maupun alternatif masyarakat
untuk memilih.

"Publik pada dasarnya tidak banyak yang percaya pada partai, dan tokoh yang menarik bisa menjadi alternatif untuk di pilih," jelasnya.

Sementara, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut partai politik yang menjadikan artis sebagai calon legilatif atau caleg, tidak selalu meningkat elektabilitasnya.

Adi menilai ada hubungan saling menguntungkan antara parpol dengan artis yang menjadi caleg.

Menurutnya, parpol merasa terbantu untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya.

"Dan pada saat yang bersamaan artis juga membutuhkan panggung untuk terus membuat mereka
terekspose pada dunia publik," kata Adi.

Di sisi lain, Adi menuturkan, dalam praktiknya hal tersebut tidak selalu terjadi.

"Meski dalam praktiknya kita tahu bahwa banyak partai yang menjadikan artis sebagai vote getter seperti caleg, partainya juga tidak kunjung naik secara signifikan," ujarnya.

Adi mengatakan, artis akan mendulang suara untuk parpol adalah mitos yang sulit diwujudkan.

"Jadi mitos artis akan mendulang suara itu sulit untuk diwujudkan," jelas Adi.

Adi kemudian menuturkan, meskipun ada yang berhasil meggunakan cara tersebut, tapi tidak
banyak.

"Bahwa ada satu dua buktinya iya. Tapi secara umum tidak banyak juga buktinya yang bisa menjelaskan, dengan banyaknya artis partai bersangkutan bisa meningkat elektabilitasnya," jelas Adi. (Tribun Network/ Yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini