"Mohon jangan terlalu menekankan hanya pada iptek yang nomor tiga, hanya pada prestasi akademik. Seolah anak sukses, hebat, pinter hanya pada bidang ilmu pengetahuan (iptek) saja," tegasnya.
Sebagian anak punya kelebihan yang berbeda seperti punya menyanyi, menggambar, teater dan sebagainya.
Sayangnya, kemampuan anak di luar ilmu pengetahuan dan teknologi kurang diapresiasi oleh orangtua.
"Ini kadang-kadang membuat sebagian anak cukup banyak frustasi. Yang merasa tidak dihargai, tidak memiliki potensi," papar Kak Seto.
Akibatnya, ada dua hal yang ditimbulkan. Pertama melawan atau sampai melakukan tindakan kekerasan.
"Untuk menunjukkan ini loh, gue itu bisa. Perhitungan saya dong. Bully teman-teman, menunjukkan kekuasaan dari ayah, orangtuanya, kekuasaan materi dan sebagainya," tutup Kak Seto.
Tindakan ini bentuk kompensasi dari kegagalan atau ketidakberdayaan karena apresiasi diri yang diterima anak berbeda.
Kedua, anak bisa saja mengambil tindakan kabur dari rumah, menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri
"Jadi banyak anak-anak yang frustasi kemudian fight, melakukan berbagai tindakan kekerasan kadang-kadang sering dianggap tidak manusiawi, kejam sebagai agresifitas frustasinya," kata Seto menambahkan.
Oleh karena itu, kak Seto menekankan pentingnya perbaikan dari pendidikan anak.