Susi menjelaskan pesawat Pilatus Porter Susi Air, hanya terbang ke bandara-bandara yang pesawat biasa atau jenis Caravan tidak mampu.
Sehingga, kata dia, apabila pesawat Pilatus Porter tidak bisa terbang ke wilayah tersebut, maka hanya bisa diakses oleh helikopter atau dengan jalan kaki.
Rata-rata, kata dia, pesawat Susi Air jenis tersebut melayani penerbangan 20 kali sehari di Papua.
Pesawat Pilatus Porter Susi Air, kata dia, bisa mengangkut tujuh sampai sembilan orang penumpang.
Apabila digunakan untuk mengangkut barang, kata dia, pesawat itu bisa mengangkut muatan berupa beras, makanan, atau BBM sekitar 900 Kg.
"Ya pasti berdampak. Untuk kemanusiaan saya yakin berdampak, dampaknya besar. Ada yang sakit tidak bisa berobat, tidak bisa di medivak (evakuasi medis), ya mungkin makanan juga makin hari makin berkurang, ya pasti sangat sulit. Bayangan saya," kata dia.
Untuk itu, ia berharap semua pihak sadar bahwa kepentingan masyarakat untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokoknya dan akses transportasi adalah hak-hak kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Baca juga: Bicara Pembakaran Pesawat dan Penyanderaan Pilot, Susi Pudjiastuti: Pagi Itu Tidak Ada Alert Apapun
"Saya berharap semua sadar, pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat Papua, masyarakat Papua, dan organisasi yang mengaku Papua Merdeka bahwa kepentingan masyarakat untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokoknya dan akses transportasi itu adalah hak-hak kemanusian yang tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Susi.