Suparno menambahkan, “Persoalan single use plastic dari industri besar, menengah dan kecil, harus segera dicarikan solusinya, karena sudah sangat mendesak.”
Menurutnya, pemerintah harus bisa menjaga keseimbangan agar industri tetap tumbuh dan mampu menyerap tenaga kerja dengan tetap memperhatikan lingkungan.
Secara khusus dalam laporan auditnya, Sungai Watch menyimpulkan hasil yang didapatkan dengan berfokus pada melakukan penyortiran dan pengauditan sampah plastik berdasarkan merek produk dan produsennya di Bali dan Jawa Timur.
Menurut Sungai Watch, audit merek untuk pengumpulan data polusi sampah plastik sudah mendesak dilakukan.
“Tujuannya untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh dari mana sumber sampah plastik, dan industri apa saja yang bertanggungjawab atas sampah tersebut,” papar Sungai Watch.
Dalam laporan yang berjudul “Sungai Watch Impact Report 2022” Sungai Watch melakukan pemetaan berdasarkan data sampah plastik yang diaudit sebanyak 235,218 item dari Bali dan Jawa Timur. Hasilnya, sampah plastik dari salah satu produsen AMDK multinasional mencapai rekor tertinggi dengan angka 10 persen. Dari semua produk milik market leader AMDK tersebut ditemukan kemasan gelas plastik sekali pakai yang diproduksi dari bahan plastik Polypropylene (PP) menjadi penyumbang sampah terbesar dengan capaian angka 63 persen, disusul dua merek botol AMDK berbahan plastik PET sebesar 27% dan 5%, tutup galon guna ulang (3%), dan botol minuman ringan (1%).
Sebelumnya di lokasi berbeda, hasil survei Brand Audit Sampah Plastik yang dilakukan Tribunnews Bogor bekerjasama dengan para relawan lingkungan pada 22-27 September 2022 di 11 kelurahan Kota Bogor yang dilintasi aliran Sungai Ciliwung, menempatkan salah satu produsen dan market leader AMDK berada di posisi puncak sebagai penyampah plastik terbesar dengan kontribusi 40,4 persen, mengalahkan merek AMDK lainnya.
Berdasarkan laporan Sungai Watch pada 2021 dan 2020, produsen AMDK ini juga menempatkan posisi pertama. Sedangkan untuk posisi penyampah terbesar kedua diduduki oleh salah satu produsen teh dalam kemasan yang mencatatkan 7 persen dari total limbah sampah plastik dan perusahaan penyampah terbesar ketiga ditempati oleh salah satu produsen minuman ringan dan mie instan.