Dalam kesempatan itu, Megawati Soekarnoputri juga menyinggung kebiasaan para calon kepala desa (kades) pada masa pemilihan.
Menurutnya, para calon kepala desa kerap bersekutu dengan bandar-bandar untuk menyokongnya.
Hal itu kata Megawati merupakan hasil temuan dirinya yang sering blusukan ke desa-desa.
Dia kemudian memberikan contoh temuan blusukannya ke desa-desa.
Kala itu kata Megawati, terdapat tiga calon kepala desa.
Masyarakat di desa itu secara gamblang menyebutkan nama calon yang mereka senangi.
Namun, mereka tidak dapat memilih calon yang disenangi tersebut, lantaran ada calon lain yang dibekingi bandar yang bergelimang harta.
"Woh bu, ada tiga calon. Padahal kita senangnya Pak A, tapi yang Pak C itu wah bandarnya akeh bu," kata Megawati menceritakan ucapan warga desa yang pernah ditemuinya.
Kebiasaan itu diminta secara tegas oleh Megawati untuk tak dilanjutkan lagi.
Ia mengingatkan para kepala desa dan para calon kepala desa bahwa kebiasaan itu nantinya akan membawa petaka bagi kepala desa itu sendiri, yaitu terciduk KPK.
"Kenapa ibu diam? Saya kepengin lihat akhiran orang ini apa. Nanti paling tidak bisa kena tiga huruf. Tahu enggak apa itu? Lah iya KPK," ujarnya.
Selain meminta para kepada desa tidak bersekutu dengan bandar pada saat pemilihan, Megawati juga mengingatkan agar para kepala desa berhati-hati, karena tahun ini merupakan tahun politik.
Megawati mengingatkan para kepala desa agar masing-masing orang mengikuti keteguhan hati dan pikiran.
“Gotong royong itu adalah keteguhan hati dan pikiran kalau A ya A. Kalau B ya B. Nggak ada, saya bilang politik sekarang itu seperti orang berdansa. tahun-tahun ini nih politik,” kata Megawati di hadapan kepala desa.
Ia menyebut bahwa orang yang ikut ke manapun arah perpolitikan akan lelah sendiri.
Untuk itu dia mengingatkan agar para kepala desa tidak terbawa arus serta memilih sosok pemimpin yang baik.
“Jadi jangan terbawa arus. Pilih orang yang baik. Seperti Pak Jokowi itu kan saya pilih, karena saya yakin beliau orang baik. Oke saya jadikan, bisa atur pemerintah,” ucap Presiden RI ke-5 itu.
Baca juga: Kepala Desa Minta 10 Persen APBN untuk Dana Desa, Luhut Binsar Panjaitan Sebut Belum Ada Pembicaraan
Ia menyebut bahwa saat Presiden Joko Widodo menjabat, tak dipungkiri bahwa sebagai pemimpin belum tentu bisa menjamin kebijakannya dapat disenangi semua pihak.
Namun di tengah pro-kontra tersebut, lanjut dia, Warga Negara Indonesia yang baik harus taat terhadap ideologi Pancasila, sehingga tidak mudah terpecah belah.
“Bahwa kalau sebagai bangsa saya tidak mau dipecah-pecah, tadi sudah mengakui bahwa kami adalah pancasilais. Ikutin, kalau ga mau ikut gapapa, bilang tapi. Jangan sembunyi. Banyak orang sekarang yang menurut saya munafik, sembunyi dia. Kalau saya ini hadap-hadapan,” ucap Megawati. (Tribunnews/Naufal/Ashri) (*)