Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil penelitian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bekerjasama dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) menemukan kaum muda menggunakan media sosial (medsos) sebagai ruang ekspresi beragama.
Generasi muda dalam hal ini generasi Z dan generasi Y berekspresi di medsos sebagai taktik dan strategi menghindari tatapan kaum yang memegang otoritas dalam menentukan sikap keagamaan.
Maksud dari menghindari kaum otoritas, jelas Ketua Humas PGI Jeirry Sumampow, adalah ihwal kaum muda yang hingga kini masih di bawah bayang-bayang struktur, otoritas sosial keagamaan tradisional, hingga sejarah lokal dan logika mayoritas-minoritas yang menentukan ekspresi keagamaan dan sikap.
Lebih lanjut Jeirry menjelaskan, dinamika ekspresi ini dapat terlihat dari penamaan akun medsos, pengelolaan beberapa akun medsos, aktivasi virtual private network (VPN), hingga komunikasi melalui layanan terenkripsi.
Baca juga: Ikatan Perangkai Bunga Indonesia Akan Hias 14 Gereja Dengan Janur Dan Daun Palem
Atas hal ini PGI dan ICRS mendorong wacana Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (KBB) perlu menjadi bagian pendidikan umum secara programatis dengan metode pendidikan yang menyesuaikan dinamika kaum muda, lintas generasi, dan konteks lokal.
KBB penting, tegas Jeirry, untuk membangun sistem pembelajaran dan pemberdayaan kaum muda. Dalam hal membangun sistem tersebut, peran tokoh agama yang aktif di medsos juga diharapkan turut berkontribusi.
"Beberapa dari mereka memosisikan diri moderat dan toleran dalam berbagai isu keberagaman agama, bahkan dalam perjumpaan lintas agama. Mereka perlu terlibat aktif dalam mengembangkan wacana KBB melalui pelatihan, maupun postingan pesan-pesan agama," tuturnya.
Sebagai informasi, PGI dan ICRS menyelenggarakan dua putaran penelitian dinamika aktivisme digital kaum muda dalam kaitan wacana KKB.
Putaran pertama dilaksanakan pada tahun 2021, dilanjutkan yang kedua tahun 2022. Penelitian pertama berfokus pada persepsi generasi Z. bertajuk
Tujuan penelitian ini adalah memetakan dan memahami perspektif kaum muda terhadap wacana kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB), dalam konteks aktivisme digital.
Penelitian kedua kali ini memusatkan perhatian pada kaum muda yang lebih luas, yaitu Gen Z dan Y dalam rentang usia 18 hingga 34 tahun.