Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang influencer disabilitas, Arrohma Sukma menceritakan pengalamannya di dunia kerja sebagai seorang difabel.
Ia menyebut kelompok difabel seperti dirinya sulit mencari kerja karena dipandang sebelah mata.
Arrohma menyebut pernah diterima kerja di industri perkapalan. Namun perusahaan itu membatalkan kelolosannya usai tahu sebelah kakinya harus diamputasi.
"Waktu itu saya pernah melamar di industri perkapalan, ketika saya diterima, mereka membatalkan karena mereka tahu kaki saya harus diamputasi," kata Arrohma dalam diskusi bertajuk 'Mendukung Hak Akses Pekerjaan untuk Semua' yang diselenggarakan Campaign dan Indika Foundation, Jumat (14/4/2023).
Menurutnya, peraturan pemerintah untuk disabilitas saat ini masih kurang. Banyak fasilitas di dunia kerja yang tidak aksesibel untuk para difabel, khususnya Tuna Daksa seperti dirinya.
Selain itu, masyarakat dan penyedia lapangan kerja juga kerap menganggap bahwa penyandang disabilitas tidak cekatan, dan tidak tanggap dalam bekerja.
Padahal dia meyakini, seorang disabilitas punya kesempatan yang sama untuk menggali potensi yang dimiliki.
"Perlu adanya kesadaran serta kampanye lebih lanjut bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap teman-teman disabilitas, mendukung, serta memberikan peluang hak akses pekerjaan yang setara," ungkap dia.
Berangkat dari pengalaman tersebut, Indika Foundation dan Campaign melakukan serangkaian kampanye guna mendukung pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Salah satunya lewat program Social Empowerment in Harmony and Alliance Towards Inclusion (SEHATI) dengan menggandeng 12 komunitas/organisasi sosial untuk menyelenggarakan kampanye bertema inklusivitas di aplikasi Campaign ForChange.
Tercatat sebanyak 2.378 supporter mengikuti kampanye ini hingga menghasilkan 10.798 aksi kampanye sosial.
Melalui program ini, masyarakat diajak meningkatkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi bagi para penyandang disabilitas.
Salah satu kampanye dalam aksi ini diorganisir oleh Lingkar Sosial Indonesia dengan tajuk 'Mari Inisiasi Kesehatan Disabilitas dan Reproduksi'.
Hasil donasi dari kampanye ini digunakan untuk pelatihan menulis dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi bagi penyandang disabilitas.
Ahmad Fathul Aziz selaku Engagement Lead Campaign, menyampaikan kampanye sosial ini dirancang untuk memberikan pesan positif, tidak hanya pada masyarakat sekitar, tapi juga berdampak bagi para pendukung kampanyenya.
"Kampanye sosial ini dirancang untuk memberikan pesan yang dapat menumbuhkan kesadaran terhadap isu sosial bagi para pendukungnya. Dampaknya bagi mereka yang menyelesaikan aksi adalah mereka dapat lebih sensitif dan empati terhadap permasalahan kesetaraan, baik itu bagi dirinya sendiri atau pun sekitar," kata Aziz.
Senada, Senior Program Officer Indika Foundation, William Cahyawan, mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya sebatas membuat kampanye yang bagus tapi juga dapat menghasilkan dampak nyata.
Melalui acara ini, diharapkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi dapat tumbuh dan tak berhenti.
"Bentuk dukungan Indika Foundation untuk Campaign berupa pelatihan untuk (komunitas atau organisasi sosial) agar bisa belajar mengkreasikan program yang tidak hanya bagus, tapi berdampak," ungkap William.