TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi munculnya nama Anas Urbaningrum (AU) dalam survei Capres versi SMRC bahkan menyalip beberapa tokoh politik lain merupakan bukti setrum atau magnet politik AU masih hidup.
"Upaya mematikan magnet politik AU dengan desain kriminalisasi terbukti gagal, sebab hanya beberapa hari keluar dari Sukamiskin namanya masih dilirik," kata ketua umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Gede Pasek Suardika kepada media terkait hasil survei SMRC tersebut, Selasa (18/4/2023).
Banyak pihak, menurut Gede Pasek sudah paham kalau memang ada operasi TSM (Terstruktur Sistematis dan Massif) untuk mematikan karier politik Anas Urbaningrum bahkan kalau bisa lebih 10 tahun.
"Ini harusnya jadi pesan bahwa kompetisi politik harus fair. Jangan main kasar, main bunuh kompetitor dengan cara jahat dan kotor. Bertanding terbuka dan ksatria, jangan main belakang dan nabok nyilih tangan. Misalnya kalah calonnya di Kongres lalu cari cara dengan kekuasaannya mematikan pemenangnya," kata Gede Pasek yang juga mantan Ketua Komisi III DPR RI tersebut.
Walau hak dipilih dari jabatan publik dicabut untuk lima tahun ke depan, Gede Pasek meyakini jika kebesaran Tuhan dan semesta bekerja maka tidak ada yang tidak mungkin.
"Putusan manusia bisa kalah dengan kehendak semesta. Soal bagaimana caranya tentu itu tangan Tuhan yang nanti akan bekerja, " katanya.
PKN juga akan bekerja keras untuk memberikan informasi apa sebenarnya yang terjadi dalam kasus Anas Urbaningrum selama ini.
Baca juga: Keluar dari Lapas, Anas Urbaningrum Didorong Gabung PKN
"Kami yakin nurani masyarakat semakin banyak yang tercerahkan dari sebelumnya mencap Anas Urbaningrum sebagai koruptor akhirnya paham kalau Anas Urbaningrum dikoruptorkan oleh kekuasaan politik dengan oknum penegak hukum saat itu," katanya.
"Bukti kecil, Anas Urbaningrum ditersangkakan gratifikasi mobil Harrier terkait Hambalang namun di putusan PK MA dinyatakan tidak terbukti dan akhirnya AU divonis dikaitkan dengan Kongres PD khususnya penerimaan uang Grup Permai yang sangat janggal, " kata Pasek.
Masuk Unggulan
Sebelumnya, mantan terpidana kasus suap proyek Wisma Atlet Hambalang, Anas Urbaningrum, masuk daftar calon presiden (capres) 2024 dalam survei yang dilakukan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) periode April 2023.
Responden ditanya siapa yang akan mereka pilih sebagai Presiden RI jika Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar saat ini melalui format survei terbuka.
Ternyata, sebagian responden memilih Anas Urbaningrum dan berada di peringkat 12 dengan elektabilitas 0,3 persen.
Kendati termasuk kecil, elektabilitas Anas Urbaningrum ini melebihi Ketua DPR RI, Puan Maharani, dan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh.
Melansir laman resmi SMRC, Puan Maharani berada di urutan 15 dengan elektabilitas 0,1 persen.
Sementara, Surya Paloh tepat di bawah Anas Urbaningrum dengan elektabilitas 0,2 persen.
Di urutan pertama, nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, masih unggul dengan elektabilitas 16,5 persen meski menurun buntut penolakannya terhadap Timnas Israel.
Kemudian Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, menyusul di urutan kedua dengan 16,3 persen dan Anies Baswedan dengan 9,8 persen.
Dalam survei dengan format terbuka ini, masih ada 42,2 persen responden yang tidak menyebutkan pilihannya secara spontan.
Survei SMRC ini dilakukan pada 11-14 April 2023 menggunakan metode random digit dialing (RDD) terhadap 1.216 responden.
Margin of error survei diperkirakan sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut daftar elektabilitas capres dalam survei SMRC April 2023 menggunakan format terbuka (15 besar):
1. Ganjar Pranowo: 16,5 persen
2. Prabowo Subianto: 16,3 persen
3. Anies Baswedan: 9,8 persen
4. Joko Widodo: 9,2 persen
5. Ridwan Kamil: 1,6 persen
6. Muhaimin Iskandar: 0,7 persen
7. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY): 0,6 persen
8. Erick Thohir: 0,5 persen
9. Mahfud MD: 0,4 persen
10. Sandiaga Uno: 0,3 persen
11. Airlangga Hartarto: 0,3 persen
12. Anas Urbaningrum: 0,3 persen
13. Surya Paloh: 0,2 persen
14. Basuki T Purnama (Ahok): 0,2 persen
15. Puan Maharani: 0,1 persen